Ilustrasi Indeks Hasil Saham Gabungan

Jakarta, Aktual.com – PT Bank Danamon Indonesia Tbk menilai tahun 2026 berpotensi menjadi momentum pemulihan ekonomi nasional di tengah meredanya tekanan global. Penilaian tersebut disampaikan dalam Journalist Class bertema Kinerja Makroekonomi Indonesia: Arah dan Prospek 2026 yang digelar pada Kamis, 27 November.

Ekonom Danamon, Hosianna Evalita Situmorang, menjelaskan bahwa pasar global menantikan penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada akhir 2025. Ia menyebut penghentian kebijakan Quantitative Tightening (QT) pada 1 Desember 2025 akan menambah likuiditas dan menguntungkan pasar negara berkembang.

“Ini menjadi momentum positif bagi pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, selama inflasi domestik berada dalam rentang target,” ujar Hosianna.

Di dalam negeri, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 4,75 persen setelah memangkas total 125 basis poin sepanjang 2025. Imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun ke 6,2 persen, menandakan meredanya tekanan pasar obligasi.

Rupiah masih melemah 3,66 persen terhadap dolar AS per 6 November 2025, dengan proyeksi USD/IDR bergerak di kisaran 16.500–16.700. Danamon mencatat bahwa transmisi pelonggaran moneter ke sektor perbankan belum optimal, terlihat dari penurunan suku bunga kredit yang hanya 20 basis poin sepanjang 2025.

Untuk menjaga konsumsi, pemerintah menggelontorkan stimulus Rp54,6 triliun pada kuartal IV 2025, mulai dari bantuan pangan, subsidi PPh 21, hingga pembebasan PPN rumah. Dampaknya, Indeks Keyakinan Konsumen naik menjadi 121,2 pada Oktober.

Dari sisi fiskal, pemerintah menempatkan Rp276 triliun di bank komersial untuk memperkuat penyaluran kredit dan menopang aktivitas ekonomi.

Sejumlah sektor dinilai tetap tangguh, antara lain transportasi, makanan dan minuman, teknologi informasi dan komunikasi, jasa bisnis, logistik, dan pariwisata. Sektor properti juga berpotensi pulih pada 2026 jika bunga KPR terus melandai.

Di sektor otomotif, penjualan sepeda motor tumbuh 8,4 persen (yoy) menjadi 590.362 unit pada Oktober 2025. Penjualan mobil turun 4,4 persen (yoy) namun naik secara bulanan menjadi 74.019 unit. Menjelang berakhirnya insentif impor kendaraan listrik pada 31 Desember 2025, percepatan penjualan diperkirakan akan terjadi.

Meski negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina mencatat pertumbuhan lebih cepat, Danamon menilai Indonesia tetap stabil berkat konsumsi domestik yang kuat dan suku bunga riil positif yang menarik aliran modal.

“Risiko global tetap perlu diwaspadai, namun Indonesia berada pada posisi yang relatif lebih resilien,” kata Hosianna menambahkan.

Danamon menyimpulkan bahwa sinergi pelo­nggaran moneter, stimulus fiskal, dan stabilitas sektor keuangan menjadi fondasi penting untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia pada 2026.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi