Jakarta, Aktual.com – Laju pertumbuhan ekonomi di tahun ini diperkirakan tidak akan mencapai 5,2 persen seperti yang diproyeksikan pada APBN Perubahan 2017. Justru pertumbuhan ekonomi itu hanya akan berkutat di angka 5 persen.
Apalagi saat ini daya beli masyarakat juga masih melemah. Sehingga kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pun diperkirakan tak akan sekencang periode sebelumnya.
“Ekonomi Indonesia hingga akhir tahun ini tak akan mampu seperti target di APBNP 2017 yakni 5,2 persen. Jadi masih akan bergerak stagnan. Paling tinggi di angka 5,1 persen,” jelas Dekan dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Ari Kuncoro, di Jakarta, Kamis (10/8).
Saat ini, berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II-2017 hanya sebesar 5,01 persen, angka itu sama dengan capaian pertumbuhan di kuartal I-2017. Sehingga memang lajunya masih stagnan.
Menurut dia, hingga pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) berakhir, pertumbuhan tak akan melejit tinggi, masih akan stagnan di angka 5 persen. Jadi, naiknya pertumbuhan ekonomi baru mulai terasa di 2019 mendatang.
“Karena di dua tahun lagi atau di 2019 beberapa proyek infrastruktur sudah selesai, sehingga dampaknya dapat dirasakan bisa memicu pertumbuhan. Tapi tahun ini saya rasa berat ya, bisa di 5,1 persen saja sudah bagus,” cetus dia.
Selain itu, kata dia, agar tak pertumbuhan bisa melaju lebih tinggi dan daya beli kembali stabil, pemerintah diminta untuk tidak melakukan pemotongan anggaran. Apalagi sektor yang dipangkas itu adalah sektor-sektor yang memiliki multiplier effect besar. Sehingga cita-cita pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik bisa tercapai.
“Makanya saya minta ke pemerintah, dalam pemotongan anggaran itu harus diarahkan jangan terlalu tajam dan pada sektor yang mempunyai dampak pertumbuhan ekonomi. Tapi jika asal pangkas anggaran, maka pertumbuhan bisa di bawah 5,1 persen,” kata dia.
Pewarta : Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs