Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Indonesia perlu pemimpin yang berani untuk mempertahankan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dalam upaya memajukan bangsa, termasuk dalam hal hilirisasi industri.
“Ke depan saya kira bukan tentang siapa presidennya, yang paling penting menurut saya sanggup enggak (untuk) konsisten terhadap apa yang sudah kita mulai ini, berani enggak, ini butuh keberanian,” ujar Jokowi dalam pertemuan dengan beberapa pemimpin redaksi media nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis.
Seperti yang dilaporkan oleh Biro Pers Sekretariat Presiden, Jokowi mengakui bahwa keberanian dan konsistensi sangat penting, terutama karena tantangan dan tekanan yang akan semakin besar di masa depan.
“Nanti butuh yang ke depan karena tekanan-tekanannya menurut saya semakin berat, nyali, keberanian. Yang kedua, konsistensi. Konsistensi itu saja sudah karena butuh daya tahan, butuh endurance,” paparnya.
Jokowi menyoroti bahwa kebijakan berani seperti hilirisasi industri akan menghadapi tantangan yang tidak ringan.
Ia mengakui bahwa tantangan-tantangan tersebut bisa berdampak pada ekonomi nasional, dan oleh karena itu, diperlukan konsistensi untuk menjaga kebijakan yang telah diterapkan.
Kepala Negara juga memberikan contoh ketika Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memenangkan gugatan Uni Eropa terkait keputusan Indonesia untuk menghentikan ekspor bijih nikel.
“Kita enggak akan berhenti meskipun digugat,” tegasnya.
Presiden meyakini bahwa jika Indonesia mampu mempertahankan konsistensi dalam hilirisasi industri dalam beberapa tahun ke depan, maka Indonesia bisa menjadi negara maju.
“Hitungan saya, kalau kita konsisten terus seperti ini dalam kurun 15 tahun, tolong dihitung income per capita (pendapatan per kapita) kita akan naik berapa. Saya yakin di atas 10.000 dolar AS. Artinya sudah masuk ke (kategori) negara maju karena income per capita untuk negara maju kan biasanya di atas 11.000 dolar AS,” tambahnya.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno, yang mendampingi Presiden dalam diskusi tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Firgi Erliansyah