Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo Senin (29/6) siang menerima sejumlah pakar di bidang ekonomi membicarakan kondisi terkini perekonomian nasional.

“Saya menduga ini pertemuan rutin, Presiden akan menerima input dari berbagai pihak. Salah satu yang disampaikan, Presiden punya konsep untuk design ekonomi, saya kira kita tidak memberikan input secara detail. Kita berbicara perekonomian secara umum ,” kata ekonom dari Universitas Atmajaya A Prasetyantoko usai bertemu Presiden di Istana Merdeka Jakarta.

Ia mengatakan Presiden mendengarkan pandangan dan masukan dari 10 ekonom yang diminta hadir. Dalam pertemuan itu juga hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Ia mengatakan Presiden memahami langkah-langkah yang harus diambil untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan.

“Semester kedua ada percepatan kita harapkan ekonomi kita, pemerintah mengerti apa yang dilakukan, presiden cek langsung, kita harapkan itu menjadi kebijakan yang sifatnya institusional,” katanya.

Sementara itu ekonom asal Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono mengatakan Presiden juga menyadari adanya kekurangan tim ekonomi di Kabinetnya.

“Kita perlu menteri-menteri yang aksentuatif. Presiden, saya surprise juga presiden menyadari (hal itu-red),” katanya.

Ia menambahkan,”Kalau saya merasa rupiah melemah disebabkan karena rendahnya kepercayaan pasar pada kabinet atau ekspektasinya tak tercapai meskinya rupiah tak selemah sekarang. Memang ada pelemahan karena Amerika tapi memang ada faktor X yang fundamental.” Tony mengatakan sentimen pasar harus direbut oleh pemerintah melalui sejumlah langkah.

“Kalau dibandingkan 98 ekonomi kita lebih baik. Dibanding 98 hampir semua bank collapse. Jadi sebetulnya dari sisi fundamental kita bisa ekspektasi tapi yang lemah confident atau trust kepada tim ekonomi,” paparnya.

Menurut Tony, Presiden membutuhkan “playmaker” dalam tim ekonomi kabinetnya.

“Jadi kita butuh playmaker. Beliau menyadari dan saya sangat surprise,” paparnya.

Ditambahkannya,” sekali lagi ekonomi itu tak hanya data statistik. Sentimen inilah yang harus direbut. Ekonomi kan ada faktor sentimen. Ketika kita lagi gembira kita belanja sekarang ketika tidak gembira ya belanja direm. Sekarang ini konsumsi rokok saja direm.” Para ekonom yang bertemu Presiden antara lain Arif Budimanta, Iman Sugema, Hendri Saparini, Djisman Simanjuntak, Anton Gunawan, Destry Damayanti, Prasetyantoko, Poltak Hotradero, Tony, Lin Che Wei dan Raden Pardede.

Artikel ini ditulis oleh: