Jakarta, Aktual.com – Safari politik Presiden Joko Widodo ke pimpinan organisasi masyarakat Islam, Polri dan TNI, turut menciptakan kondisi politik nasional memanas. Apalagi, dalam safari politik itu Presiden kerap memberikan pernyataan yang kontraproduktif.

Bisa jadi, safari politik Presiden itu hasil atau masukan dari pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambang, Bogor, 31 Oktober 2016 lalu. Akan tetapi, meski safari politik cukup bagus, apa yang disampaikan Jokowi justru menimbulkan pertanyaan besar.

Demikian disampaikan pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, saat dihubungi Aktual.com, Senin (21/11).

“Saya meyakini kelilingnya Jokowi ke militer buah dari wejangan Prabowo. Kita kan tahu bagaimana tahun ini Presiden tidak merayakan HUT TNI,” terangnya.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Presiden memeriahkan HUT TNI dengan menaiki jeep kebesaran dan memantau kesiapsiagaan dan perlengkapan alat yang dimiliki TNI.

Sayangnya, dalam safari politik disertai dengan pernyataan yang cukup mengagetkan. Yakni dengan menghubungkannya dengan aksi umat Islam terkait kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Misalnya dengan menegaskan diri sebagai Panglima Tertinggi, meminta loyalitas prajurit, meminta prajurit berdiri diatas kepentingan bangsa dan sebagainya. Bahkan ada pula pernyataan Presiden yang mengajak tokoh-tokoh nasional mendinginkan suasana.

“Ini kan memberikan pemahaman bahwa negara dalam keadaan genting ‘Wah ada apa ini Pak Presiden’. Dia mengajak tokoh politik mendinginkan suasana, berarti situasi saat ini ga dingin dong?,” kata Hendri.

Saat menanggapi Aksi Bela Islam II, tambah Hendri, Presiden juga memberikan pernyataan yang sangat kontraproduktif dan justru menimbulkan kecurigaan publik. Yakni dengan mengatakan Aksi Bela Islam II ditunggangi oleh aktor politik.

“Itu semua kan pernyataan-pernyataan Presiden, bilang Aksi 4 November ditunggangi aktor politik. Berkunjung ke ormas pakai barakuda, buat apa? Seakan-akan negara dalam kondisi genting, ini kan sama saja Presiden turut serta menciptakan suasana yang tidak kondusif,” pungkasnya.[Soemitro]

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid