Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) Mengajukan Pertanyaan Mengenai Kelanjutan Pembangunan di Masa Depan
Dalam pidato pada Sidang Tahunan MPR 2023 pada Rabu (16/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan pertanyaan yang krusial mengenai kelanjutan pembangunan di Indonesia setelah masa kepemimpinannya. Ia mempertanyakan apakah penerusnya kelak akan berani melanjutkan upaya pembangunan yang telah dijalankan selama masa kepemimpinannya.
Kepemimpinan Masa Depan sebagai Penentu Masa Depan Indonesia
Jokowi menekankan bahwa kepemimpinan presiden setelah dirinya akan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap masa depan Indonesia. Ia melihat bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh menjadi negara maju, mengingat berbagai pencapaian dalam negeri maupun di tingkat internasional dalam beberapa tahun terakhir.
Tantangan dan Konsekuensi dari Kepemimpinan Selanjutnya
Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan bahwa pertanyaannya bukan hanya tentang siapa yang akan menjadi presiden berikutnya, melainkan sejauh mana kemauan dan kemampuan penerusnya untuk melanjutkan arah yang sudah ditempuh. Ia menyoroti pentingnya konsistensi dan keberanian dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada.
Peran Penting dalam Mencapai Indonesia Emas 2045
Jokowi menggarisbawahi urgensi keberlanjutan pembangunan dengan mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan upaya berkelanjutan untuk mencapai visi “Indonesia Emas” pada tahun 2045. Ia menggunakan analogi lari marathon untuk menggambarkan perjalanan panjang yang harus ditempuh.
Tantangan Pilpres dan Masa Depan Indonesia
Presiden juga mencatat bahwa pilpres di tahun 2024, 2029, dan 2034 akan memiliki peran yang besar dalam menentukan arah dan nasib Indonesia di masa depan. Ia mengingatkan bahwa Indonesia memiliki waktu terbatas untuk mencapai status negara maju dalam 13 tahun mendatang.
Peran “Pak Lurah” dalam Pemilu 2024
Dalam pidatonya, Jokowi juga membahas peran yang disebut “Pak Lurah” yang sering diperbincangkan oleh politikus dalam konteks pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2024. Jokowi awalnya mengaku heran mengenai identitas “Pak Lurah” tersebut, namun kemudian menyadari bahwa dirinya sendiri adalah “Pak Lurah” yang dimaksud. Ia menegaskan bahwa perannya sebagai presiden berbeda dengan peran dalam partai atau koalisi partai dalam menentukan calon presiden dan wakil presiden.
Dengan pidato ini, Jokowi memberikan sorotan yang kuat terhadap tantangan dan harapan yang terkait dengan masa depan Indonesia serta peran yang dimainkan oleh kepemimpinan di masa yang akan datang.
Artikel ini ditulis oleh:
Ilyus Alfarizi