Partai ZANU-PF telah meminta Mugage mundur sebagai kepala negara atau menghadapi “impeachment”. Langkah tersebut merupakan usaha untuk menjaga agar masa jabatannya bisa berakhir secara damai setelah militar secara de facto melakukan kudeta.

Chris Mutsvangwa, pemimpin veteran perang kemerdekaan yang menjadi ujung tombak upaya mendongkel Mugabe selama 18 bulan, menegaskan bahwa upaya untuk menurunkan dia di parlemen, akan jalan terus dan akan berlangsung unjuk rasa besar pada Rabu mendatang.

Menurut Chris, Mugabe yang berbicara dengan nada keras, seperti tidak menyadari apa yang terjadi dalam beberapa jam sebelumnya.

“Buta atau Tuli. Mungkin seseorang di Partai ZANU-PF tidak memberi tahu apa yang telah terjadi di dalam partai, sehingga ia terus berpidato, atau ia memang sudah buta atau tuli sehingga tidak mendengar apa yang telah disampaikan orang partai kepadanya,” kata Mutsvangwa.

Komite Pusat ZANU-PF sebelumnya telah menunjuk Emmerson Mnangagwa sebagai pimpinan yang baru. Keputusan Mugabe yang memecat Mnangagwa sebagai wakil presidennya untuk melicinkan jalan bagi istrinya Grace untuk menggantikanya, menjadi pemicu campur tangan pihak militer.