Sebagian warga di Harare sebenarnya bisa memahami campur tangan militer yang lebih lunak jika memang hanya sekedar untuk membantu proses alih kekuasaan, dibanding kudeta yang bisa menimbulkan kekacauan.
Tapi sebagian lawan politik Mugabe merasa tidak nyaman dengan terlalu besarnya peran militer dan khawatir kalau Zimbabwe akan jatuh ke tangan penguasa dukungan militer.
“Bahaya yang nyata dari situasi sekarang ini adalah setelah mendapatkan calon dari pihak mereka di istana presiden, maka pihak militer akan memaksakan untuk terus bertahan disana,” kata mantan Menteri Pendidikan David Coltart.
Amerika Serikat yang sudah lama menentang Mugabe, menyatakan bahwa mereka menginginkan era baru di Zimbabwe, sementara Presiden Ian Khama dari negara tetangga Botswana mengakui bahwa Mugabe sudah tidak mendapatkan dukungan diplomatik di kawasan dan sebaiknya segera mundur.
Disamping mengganti pemimpin, Partai ZANU-PF menyatakan bahwa mereka menginginkan perubahan konstitusi untuk mengurangi kekuasaan presdein, sebuah keinginan ke arah terjadinya sistem politik yang lebih pluralistis dan inklusif.