Jakarta, Aktual.co — Presiden Rusia, Vladimir Putin mengeluarkan dekrit untuk merekrut warga negara asing (WNA) untuk bergabung dalam misi militer Rusia selama lima tahun ke depan. Orang asing ini bisa masuk ke dinas militer Rusia, asalkan mereka mampu dalam berbicara bahasa Rusia.
BBCNews melaporkan pada Selasa (7/1), bahwa keputusan Putin untuk merekrut tentara asing merupakan bagian dari langkah pemerintah untuk memprofesionalkan angkatan bersenjata Rusia,
Analis pertahanan BBC, Jonathan Marcus mengungkapkan, langkah ini memiliki implikasi diplomatik bagi hubungan Rusia dengan Republik bekas Negara yang pernah bergabung dalam Uni Soviet.
Sementara itu, ahli militer Rusia, Pavel Felgenhauer dan Alexander Golts menerangkan, kepada BBC, bahwa keputusan ini untuk mengatasi situasi yang sudah ada selama beberapa tahun di wilayah dimana pasukan Rusia dikerahkan di luar perbatasan Rusia.
“Ini akan membuat lebih mudah bagi pasukan Rusia untuk merekrut penduduk setempat di beberapa wilayah Asia Tengah, Kaukasus dan di Trans-Dniester, wilayah yang memisahkan diri pro-Rusia di Moldova,” kata mereka.
Sebelumnya, banyak warga di Asia Tengah, Kaukasus dan di Trans-Dniester diminta untuk mendapatkan kewarganegaraan Rusia dan bergabung dengan militer Rusia.
“Sekarang mereka secara hukum tanpa kewarganegaraan Rusia,” kata Felgenhauer.
Menurut Golts, sudah ada sekitar 300 orang asing dalam regu pasukan Rusia.
Di Kaukasus, Rusia masih mengoperasikan sebuah pangkalan militer di Armenia dan pasukan di dua bagian yang memisahkan diri dari Georgia – Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Oleh sebab itu, pemerintah Putin mengirim tentara kontrak Rusia ke Asia Tengah, yang berbiaya mahal dan harus menetap.
“Jadi mengambil penduduk setempat sangat praktis,” ceplos Felgenhauer.
Disamping itu, ancaman yang mungkin tumbuh di Asia Tengah, berada di Afghanistan. Jadi akan ada perluasan kemungkinan hadirnya militer Rusia di Asia Tengah.
Golts kembali menuturkan, bahwa Rusia tidak berbicara tentang upaya menciptakan gaya Prancis dengan ‘legiun asing-nya’.
Untuk diketahui, Prancis telah lama menggunakan pasukan asing elit untuk memadamkan kerusuhan di bekas koloninya di kawasan Afrika, dan di wilayah lainnya. (Laporan: Sukardjito)
Artikel ini ditulis oleh: