Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menkeu Bambang Brodjonegoro (kiri), Dirjen Pajak Kemenkeu Ken Dwijugisteadi (kanan), Kepala Staf Presiden Teten Masduki (kedua kiri), serta Jubir Presiden Johan Budi (kedua kanan) memberikan keterangan pers usai menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) 2016, Jakarta, Selasa (29/3). Presiden melakukan klarifikasi terkait penyerahan laporan SPT pada 3 Maret lalu, serta memberikan arahan kepada sejumlah kepala kanwil dinas pajak untuk menekankan pentingnya pencapaian target penerimaan pajak pada 2016 sesuai rencana untuk mendukung pembangunan. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/aww/16.

Jakarta, aktual.com – Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi SP mengatakan hal yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada relawan untuk berani “berantem” hanyalah merupakan kiasan.

“Saya kira yang disampaikan oleh Pak Presiden Jokowi kiasan, berantem jangan diartikan secara fisik, bukan begitu,” ucap Johan Budi di sela pembekalan bacaleg PDIP di Jakarta, Minggu (5/8).

Ditegaskannya konteks yang dikatakan Jokowi tentang berantem bukan fisik, tetapi untuk melawan pihak yang memfitnah dan melakukan ujaran kebencian.

Yang disampaikan Presiden Jokowi kepada relawan dalam rapat umum bersama relawan di Sentul,Bogor menurut dia yang dalam kesempatan itu tidak hadir, adalah menitikberatkan untuk tidak memfitnah serta melakukan ujaran kebencian dalam upaya memenangkan dirinya.

“Saya kira tidak (provokatif), jangan berantem diartikan fisik. Sebelum bicara itu Pak Presiden berpesan untuk menjaga persatuan dan kesatuan,” ucap Johan Budi.

Dalam acara rapat umum relawan pada Sabtu (4/8) tersebut Jokowi mengatakan kepada relawan untuk tidak membangun permusuhan, membangun ujaran kebencian, memfitnah dan mencela, dan menjelekkan orang, tetapi kalau diajak “berantem” harus berani.

Selain itu, Jokowi mengajak semua relawan menggalang persatuan, persaudaraan dan kerukunan karena hal itu merupakan anugerah dari yang harus disyukuri dan dijaga.

Ia menyebutkan pada 2019 nanti ada pemilihan umum presiden (pilpres) dan pemilihan umum legislatif (pileg) di mana bukan sekedar kalah atau menang, tetapi untuk penguatan demokrasi Indonesia.

“Supaya demokrasi kita kuat, supaya rakyat merasakan proses Pemilu 2019,” kata Jokowi.

antara

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang