Jakarta, Aktual.co — Presiden Tunisia, Beiji Caid Essebsi mengungkapkan bahawa, dua penyerang bersenjata di Museum Bardo, Tunisia, membawa bahan peledak.

Dua pria bersenjata yang telah menewaskan sebanyak 21 orang itu, akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh pihak keamanan negara tersebut, untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak.

“Kami menemukan bahan-bahan peledak mengerikan pada orang-orang tersebut, yang tidak sempat mereka gunakan,” kata Presiden Essebsi kepada televisi Prancis, TF1, dikutip AFP, Sabtu (21/3).

Ia menambahkan bahwa tanggapan sigap polisi telah menghindarkan terjadinya “bencana”.

Kelompok pejihad Negara Islam telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan keterlaluan itu pada Rabu (18/3). Serangan menewaskan 20 pelancong asing dan satu warga negara Tunisia serta meningkatkan ketakutan akan bangkitnya ekstremisme Islamis di tempat lahirnya Kebangkitan Arab.

Sementara kemarahan dunia internasional meningkat terhadap serangan terburuk pasca revolusi di Tunisia itu, Essebsi mengatakan negaranya tidak dapat ditakut-takuti oleh ekstremisme.

“Proses penerapan sistem demokratis sedang berjalan, dijalankan dengan baik,” ujarnya. “Kami tidak akan pernah mundur lagi.” Tunisia memulai Kebangkitan Arab dan merasa bangga atas pembentukan sebuah pemerintahan demokratis serta pencapaian kestabilan. Situasi itu berbeda dengan yang terlihat di negara-negara tetangganya, seperti Mesir dan Libya.

Serangan terhadap museum tersebut memberikan pukulan berat terhadap industri pariwisata penting Tunisia dan Essebsi mendesak para pelancong luar negeri agar tidak menjauh.

“Mereka bisa datang dengan keamanan penuh,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa hal itu akan menjadi bentuk solidaritas kepada rakyat Tunisia.

Ia mengatakan dirinya juga akan “mengirim pesan kepada para teroris” bahwa rakyat tidak dapat ditakut-takuti.

Artikel ini ditulis oleh: