“Tujuan kami adalah untuk mengatasi dampak pandemi dan mendapatkan kepercayaan global. Tidak hanya akan pulih, tetapi G20 akan kembali lebih kuat dengan mendukung produktivitas, menciptakan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan inklusif berkelanjutan,” imbuhnya.
Pemerintah Indonesia juga meyakini ekosistem digital penting dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi yang lebih kuat.
Oleh karena itu, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo menyatakan Indonesia berkomitmen memberdayakan bisnis digital dan menciptakan masyarakat digital untuk menghasilkan ekosistem digital yang menyeluruh.
“Komitmen G20 dalam mempromosikan ekonomi digital global akan ditingkatkan dengan merangkul potensi startup,” kata Semuel.
“Kita harus mendukung startup yang sedang berkembang dengan menyediakan platform bagi mereka untuk mengembangkan bisnis dan go global,” ujarnya menambahkan.
Menurut Dirjen Semuel, pembangunan ekosistem itu mencakup pengembangan jaringan yang memungkinkan pelaku inovasi, perusahaan investor teknologi pemula dan pemerintah membangun kemitraan.
“Jaringan Inovasi Digital G20, kelanjutan dari Innovation League G20, hadir untuk mewujudkan upaya tersebut,” tandasnya.
Upaya itu, lanjut dia, juga dilatari pengalaman Indonesia dalam mengembangkan ekosistem ekonomi digital di Tanah Air.
Menurutnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang menggunakan media sosial paling aktif di dunia.
Sekitar 39 persen penduduk merupakan pengguna internet di Asia Tenggara, sementara pertumbuhan ekonomi internet Indonesia diperkirakan akan mencapai 11 persen year-on-year.
“Sebagai negara yang memiliki 202,6 juta pengguna internet dan 170 juta pengguna aktif media sosial, Indonesia memiliki startup teknologi bernilai miliaran dolar di Asia Tenggara,” kata Semuel.
“Negara peringkat nomor 5 dalam jumlah startup tertinggi di dunia. Dengan ekosistem startup yang tumbuh pesat, ekonomi internet Indonesia diprediksi mencapai 124 miliar dolar AS pada tahun 2025,” lanjutnya.
Dirjen Semuel menyatakan, selama pandemi COVID-19, ekonomi internet Indonesia tetap tangguh. Bahkan, dalam menghadapi perlambatan global.
“Selama masa-masa sulit ini, sektor e-commerce tetap menjadi pendorong pertumbuhan utama, meningkat sebesar 11 miliar dolar AS, mengimbangi kontraksi 7 miliar dolar AS di sektor travel,” ujarnya.
Bahkan, dalam 1,5 tahun terakhir Indonesia telah menyambut kehadiran tiga unicorn baru, di mana salah satunya, Ajaib, platform perdagangan saham online Indonesia.
Dirjen Semuel mengatakan, hanya membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk mencapai status unicorn.
“Dengan latar belakang tersebut, kami yakin Indonesia dapat berbagi pembelajaran berharga kepada negara-negara G20 lainnya, sekaligus berharap dapat bertukar ilmu dengan negara lain, terutama dari berbagai kawasan,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Nurman Abdul Rahman