Jakarta, Aktual.com — Keputusan yang diambil Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan menjadikan Trisakti dan Nawa Cita sebagi ruh dan pondasi dasar program roda pembangunan merupakan keberanian luar biasa.
Sayangnya, nyali besar menempatkan Trisakti dan Nawa Cita sebagai ruh dan pondasi dasar ini bisa menjadi bumerang bagi pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan, dua konsep besar yang digagas Bung Karno tersebut bisa berbalik 180 derajat.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Jaringan Aktivis Prodemokrasi (Prodem), Satyo Purwanto, kepada Aktual.com, Selasa (29/12).
“Bisa menjadi bumerang dan berbalik 180 derajat jika segenap perangkat pemerintahan tidak memiliki kesadaran dan pemaknaan yang sama atas nilai-nilai filosofis Trisakti dan Nawa Cita,” jelasnya.
Diungkapkan Satyo, Trisakti dan Nawa Cita memuat nafas dan urat nadi dari tujuan luhur bangsa ini. Yakni merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Untuk mewujudkan tujuan ideal tersebut maka berdaulat dibidang politik, daulat bidang ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya.
Dengan kata lain, Trisakti dan Nawa Cita sarat dengan muatan filosofis-ideologis berbangsa dan bernegara.
Artikel ini ditulis oleh: