Pigai beranggapan, korupsi memang perangai buruk yang sudah menjadi rahasia umum bagi pejabat atau politikus di Indonesia. Namun yang disesalkannya adalah disalah gunakannya dana pembangunan untuk infrastruktur desa.

Persoalan korupsi terkait insfrastruktur pedesaan, korupsi dana desa oleh pelaksana di desa, kabupaten dan juga kementerian desa membuat Pigai yakin bahwa program Jokowi tidaklah realistis.

“Nawacita hanya adagium simbolik, cita- cita tidak substansial bahkan utopia perubahan,” tegasnya.

“Kemiskinan dan kebodohan yang menumpuk di perdesaan seringkali dikapitalisasi para penguasa dan politisi untuk kepentingan, setelah berkuasa ditinggalkan begitu saja,” tambah pria berkepala plontos ini menjelaskan.

Lebih lanjut, Pigai menyatakan, ketidakmampuan Pemerintah untuk merealisasikan Nawacita saat ini bukan karena tidak memiliki sumber daya yang cukup, baik anggaran, personel dan fasilitas.

Ia menilai ketidakmampuan pemerintah adalah persoalan pemimpin yang tidak empati, tidak tulus dan tidak konsisten dengan janjinya. Padahal, anggaran desa saat ini adalah yang terbesar selama republik ini berdiri.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan
Andy Abdul Hamid