Mojokerto, Aktual.com – Sebagai salah satu bentuk sinergi antar sektor, Wakil Presiden Jusuf Kalla meluncurkan Program Pendidikan Vokasi Industri di Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (28/2). Program ini merupakan kerja sama Kementerian Perindustrin, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Propinsi Jawa Timur serta lebih dari 49 perusahaan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan, jika berbicara mengenai negara maju pasti bicara industri. Ada tiga hal yang mendorong berkembangnya industri, yaitu teknologi, modal dan sumber daya manusia yang terampil.
“Apa yang dilakukan hari ini adalah kerja sama jalan tengah antara kebutuhan industri dengan kebutuhan anak muda (siswa). Inilah link and match,” kata Wapres Jusuf Kalla dalam sambutannya kepada para hadirin.
Wapres menegaskan kepada para pengusaha bahwa kerja sama yang dilakukan antara industri dengan dunia pendidikan bukanlah amal charity. Investasi pada sumber daya manusia akan menjamin efektivitas dan efisiensi industri.
Peluncuran program link and match ini merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, serta tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman lima menteri pada Januari 2017 yang lalu antara Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Menteri Ketenagakerjaan serta Menteri Badan Usaha Milik Negara.
Sementara, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan bahwa Kemendikbud menyiapkan kebijakan revitalisasi SMK seperti penyelarasan kurikulum dengan DUDI, penyediaan sumber daya guru-guru produktif yang siap menggembleng anak didik untuk siap menjadi tenaga terampil yang handal dan siap bersaing.
“Kami menyambut baik realisasi kerja sama lintas sektor, antara pemerintah pusat dan daerah serta industri dan dunia usaha. Setiap SMK harus punya mitra industri dan usaha,” kata Mendikbud usai acara peluncuran program pendidikan vokasi industri.
Saat ini telah tersusun program pembinaan dan pengembangan yang link and match antara SMK dan industri. Sebanyak 1.775 SMK, meliputi 845.000 siswa menjadi target sasaran untuk dapat terhubung dan bersinergi dengan 355 perusahaan industri.
“Untuk tahap pertama, pada kegiatan peluncuran program pendidikan vokasi industri saat ini, akan dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara 49 perusahaan industri dengan 214 SMK di Provinsi Jawa Timur,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menambahkan.
Sedangkan, tahap selanjutnya pada tahun 2017 akan diluncurkan secara bertahap di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, DKI Jakarta dan Banten. Turut hadir pada kegiatan peluncuran hari ini Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, kewenangan pengelolaan SMK dialihkan dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi.
Gubernur Jatim menyatakan bahwa perbaikan SMK yang dilakukan Kemendikbud mendorong berbagai perbaikan sistem pemelajaran SMK di Jatim. Diantaranya telah ditunjuk enam SMK dengan kurikulum Jerman, pembentukan SMK plus Balai Latihan Kerja atau SMK mini dengan kapasitas 54 ribu orang lulusan per tahun yang sebagian besar pesertanya dari pondok pesantren, peningkatan keterserapan lulusan SMK dengan sertifikasi, dan pembentukan karakter soft skill peserta didik.
Sebelumnya, Mendikbud berkesempatan mengunjungi SMK Negeri 1 Buduran, Sidoarjo. Dalam kegiatan tersebut, mendikbud mengapresiasi beragam karya siswa seperti pakaian yang dibuat dengan menggunakan kain nusantara, baik batik, ikat maupun tenun.
Saat menyaksikan praktik kerja para siswa jurusan perhotelan, Mendikbud berpesan agar hubungan sekolah dengan industri dijaga dengan baik, serta perlunya menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan industri.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu