Jakarta, Aktual.co —Dosen dan Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Tehnik Universitas Indonesia (FTUI) mengembangkan Daerah Ekowisata di Kampung Bungin, Muara Gembong, Bekasi Melalui Program Pengabdian Masyarakat Berbasis Kincir Angin.
“Pemilihan Kampung Bungin sebagai daerah pengabdian adalah untuk meningkatkan kemandirian energi daerah, meningkatkan perekonomian warga, dan membuka mata berbagai kalangan untuk menyelamatkan lingkungan di sekitar pesisir pantai,” kata Guru Besar Bidang Teknik Mesin FTUI Prof. Dr. Adi Surjosatyo di kampus UI Depok, Sabtu (6/12).
Ia mengatakan potensi angin Kampung Bungin yang kecepatannya berkisar diantara 1-10 m/s, sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan turbin angin yang akan menghasilkan energi listrik.
Menurut dia perubahan arah angin pada saat munson timur dan munson barat dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dan kondisi angin yang bertiup dari pagi hari (09.00) hingga malam hari (24.00) menjadikan Kampung Bungin sangat potensial untuk dapat dipasang sistem pembangkit listrik tenaga angin/turbin angin.
“Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang dirancang oleh Tim Perancang Turbin Angin FTUI merupakan sistem dengan kapasitas 500 Watt,” jelasnya.
Ia mengatakan Tower Turbin Angin dirancang dengan tinggi tower 9 meter dan dibagi menjadi 6 bagian (tinggi 1.5m untuk setiap bagiannya) untuk memudahkan mobilisasi dan menggunakan pondasi yang kokoh.
Sistem pembangkit ini akan mulai menghasilkan energi listrik pada kecepatan 3 m/s (Cut-in Speed) dan akan berhenti menghasilkan listrik untuk keamanan sistem pada kecepatan 12 m/s. Generator yang dipakai adalah tipe Permanent Magnet Generator (PMG) kapasitas 500 Watt 24VAC 3-Phase.
Kemudian lanjutnya untuk sistem kelistrikan dan kontrolnya akan mengonversi listrik menjadi arus DC 24V. Sehingga apabila ingin digunakan sebagai listrik rumah, maka menggunakan inverter. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini merupakan kerjasama Tim Perancang Turbin Angin FTUI (Wind Energy Team UI) dengan Lentera Angin Nusantara (LAN).
Untuk sistem Pemeliharaan dan Perawatan Turbin Angin menggunakan tipe Preventive Maintenance. Pengecekan pada seluruh komponen Sistem Pembangkit Tenaga Listrik Angin dilakukan setiap 1 bulan dan maintenance akan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Lebih lanjut ia mengatakan sistem Pemeliharaan dan Pengoperasian akan melibatkan warga yang dilatih untuk mengoperasikan dan merawat, meliputi pelatihan pengoperasian dan pengecekan kelistrikan, pemeliharaan komponen (tower, pondasi, turbin, generator, sistem kelistrikan), dan pengukuran kecepatan serta arah angin. Sehingga diharapkan warga mampu mengoperasikan dan memelihara secara mandiri.
Pengembangan Kincir Angin ini berawal dari keikutsertaan pada Kompetisi Kincir Angin Indonesia di Bantul, Yogyakarta, Agung Hartansyah, Hafif Dafiqurrohman, Steven Lee, Ahmad Dien Warits, Muhammad Safhire, Dhedhe Rodat Prasetyo, dan Felly Rihlat Gibran Simatupang; para mahasiswa Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI); merasa tertantang untuk mengembangkan potensi kincir angin lebih lanjut terutama kegunaan kincir angin sebagai salah satu sumber energi terbarukan.
Para mahasiswa berpartisipasi dalam Program Pengabdian Masyarakat UI yaitu: Community Engagement Grants (CEGs) Problem Based.
Ketua RT setempat Basir berharap dari pembangkit listrik ini walaupun skala kecil, namun nanti bisa membantu kegiatan-kegiatan masyarakat di sini. Selain dari penerangan mungkin juga bisa membantu untuk kegiatan usaha swasta, seperti pengeringan ikan saat musim hujan dan air bersih siap minum.
“Tentu itu harapan kami sebagai masyarakat cilik yang ada di muara pesisir pantai ini,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid