Jakarta, aktual.com – Jakarta kembali memanas di media sosial, kali ini akibat program santunan janda yang digagas oleh Ridwan Kamil. Program ini menuai kontroversi dan memancing reaksi keras dari masyarakat.
Tagar seperti #JKTKagakRIDO, #JKT1TUORANY3, #R1DOMusuhJakman1a_, dan #JKTKOTAGU3 ramai digunakan oleh warganet sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan yang dinilai tidak jelas arah dan manfaatnya.
Tagar #JKTKagakRIDO menjadi trending dengan lebih dari 3.800 postingan. Banyak komentar tajam yang mempertanyakan urgensi program ini. Salah satu akun Twitter, @JakManReal, menulis, “Banjir nggak selesai, jalan makin macet, malah bikin program santunan janda. Pemimpin kita ngelawak, ya?” Komentar ini mendapat lebih dari 5.000 likes dan ratusan retweet.
Selain itu, tagar #R1DOMusuhJakman1a_, yang telah digunakan dalam lebih dari 2.900 postingan, berisi kritik terhadap program yang dianggap hanya sebagai upaya pencitraan. “Santunan janda? Ini solusi buat Jakarta atau cuma cara cari simpati? Warga butuh solusi nyata, bukan drama,” cuit akun @WargaPedas.
Tagar lainnya, #JKT1TUORANY3 dan #JKTKOTAGU3, yang masing-masing mencatat lebih dari 2.900 postingan, juga memuat kecaman serupa. Banyak warganet menilai program ini tidak relevan dengan kebutuhan Jakarta yang lebih mendesak. “Pembangunan Jakarta malah diarahin ke yang nggak ada hubungannya sama kemajuan kota,” tulis @KritikusKota.
Kritik utama yang muncul adalah kurangnya transparansi dan aturan yang jelas dalam pelaksanaan program ini. Banyak yang mempertanyakan siapa yang berhak menerima bantuan, bagaimana mekanisme distribusinya, dan dari mana dana tersebut berasal.
“Ini program apaan sih? Janda mana yang dibantu? Apa kriterianya? Jangan-jangan cuma buat geng sendiri,” tulis akun @JakartaSinis, yang mendapat ribuan likes.
Pengamat politik Indonesia Public Institute Karyono Wibowo berpandangan, bijakan seperti ini menunjukkan kurangnya fokus pada prioritas utama kota Jakarta. “Program ini terlihat seperti gagasan dadakan tanpa analisis mendalam. Tanpa aturan dan pelaksanaan yang jelas, kebijakan ini hanya akan menjadi bahan kritik,” ujarnya.
Warganet juga menuding program ini sebagai gimmick politik yang tidak membawa manfaat nyata. “Jadi gubernur Jakarta cuma buat bikin proyek-proyek absurd yang nggak penting. Mending fokus ke transportasi, banjir, atau pendidikan,” tulis @WargaLama dengan tagar #JKTKagakRIDO.
Salah satu cuitan viral datang dari @UrbanSatire yang menulis, “Jakarta nggak butuh santunan janda, tapi butuh pemimpin yang bisa kerja. #JKTKagakRIDO.”
Lalu muncul juga kritik pedas netijen lain. “Kalau mau bantu janda, bantu mereka cari pekerjaan, bukan kasih uang terus selesai. Ini program malas,” cuit @NetizenGeram.
Munculnya tagar ini menegaskan bahwa masyarakat Jakarta menginginkan kebijakan yang berfokus pada kebutuhan mendasar, bukan sekadar program yang terlihat baik di permukaan tetapi tidak membawa manfaat nyata.
Karyono menilai program tersebut terkesan tidak dirancang dengan matang. Tidak ada indikator yang jelas mengenai siapa yang berhak menerima bantuan.
Netijen merujak Ridwan Kamil karena menilai program ini lebih terlihat seperti manuver politik daripada kebijakan yang substantif. Warganet mencatat bahwa program tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap masalah-masalah mendesak di Jakarta. Netijen, dalam banyak cuitannya, menilai program itu hanya pencitraan. Tidak ada efek nyata yang dirasakan warga.
Tagar #JKTKagakRido, yang kini telah digunakan lebih dari 2.000 kali, menunjukkan ketidakpuasan publik. Dalam tagar tersebut, banyak yang mengunggah komentar bernada sarkastis mengenai program ini.
Kritikan utama netijen lainnya adalah bahwa program ini dianggap tidak sesuai dengan prioritas kebutuhan Jakarta. Sebagai ibu kota negara yang sedang menghadapi tantangan besar, seperti urbanisasi, banjir, dan kualitas transportasi publik yang masih rendah, program seperti ini dianggap tidak relevan.
Netijen menilai, pasangan Ridwan Kamil Suswono tidak siap dalam memahami kebutuhan warga Jakarta. Bahkan, ada yang menilai program seperti itu mungkin cocok untuk daerah rural, tetapi tidak untuk kota metropolitan seperti Jakarta.
Selain #JKTKagakRido, tagar-tagar lain seperti #RIDOmusuhJakman1a turut meramaikan perbincangan warganet. Tagar-tagar ini menjadi simbol protes terhadap kebijakan Ridwan Kamil yang dianggap tidak efektif dan kurang berpihak pada kepentingan masyarakat Jakarta.
Beberapa warganet bahkan menyebut Ridwan Kamil dengan istilah sarkastis seperti “RIDO Buaya,” yang kini telah diposting lebih dari 2.300 kali.
Selain itu, jika program dilaksanakan justru memperburuk persepsi publik terhadap integritas pemerintah daerah. Kebijakan yang efektif adalah kebijakan yang didasarkan pada data, dirancang dengan matang, dan memiliki mekanisme pengawasan yang jelas.
Dengan semakin banyaknya tagar yang trending, jelas bahwa masyarakat Jakarta berharap adanya kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk menyelesaikan berbagai masalah kota yang mendesak. Bukan sekadar program yang terlihat seperti janji politik belaka.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano