Jakarta, Aktual.com – Pulau Sumatra dan Kalimantan terancam defisit listrik seiring kegagalan program pengadaan listrik 35.000 MW. Proyek ini dirancang akan rampung pada tahun 2019, namun dalam perkembangannya diperkirakan hanya tercapai pada kisaran angka 19.000 an MW.
Institute for Essential Services Reform (IESSR), memberi gambaran jika asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen, maka diperlukan pasokan tambahan daya listrik sebesar 7.5 persen.
Artinya, permintaan daya yang harus disediakan sekitar 4.500MW per tahun. Jika tambahan daya yang mampu disediakan oleh pemerintah pada tahun 2019 hanya sekitar 19.000MW, maka dirasa tidak mencukupi kebutuhan listrik di area luar pulau Jawa, terutama Sumatra dan Kalimantan.
“Mungkin Jawa cukup, tapi untuk Sumatera dan Kalimantan ada potensi defisit daya. Apalagi ada sejumlah smelter yang akan selesai tahun 2018. Jadi ada potensi krisis di 2018 atau awal 2019,” kata Direktur Eksekutif IESSR, Fabby Tumiwa, Rabu (16/11).
Sebelumnya Dewan Energi Nasional (DEN) telah menghitung progress pembangunan program prioritas pembangkit listrik 35.000 MW akan mengalami keterlambatan.
Diyakini yang akan mampu diselesaikan dalam proses pembangunan pada 2019 hanya sebesar kisaran angka 19.763 MW hingga 19.996 MW.
“Dari evaluasi kita, Program 35.000 MW, total pembangkit yang diperkirakan selesai 2019 sekitar 19.763 MW hingga 19.996 MW. Namun total pembangkit yang belum selesai 2019 kita perkirakan 15.631 MW,” kata Anggota DEN, Syamsir Abduh.
(Laporan: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka