Jakarta, Aktual.com — Pemerintah Jepang mengaku kecewa karena Indonesia lebih memilih China untuk menggarap proyek kereta super cepat Jakarta-Bandung. Hal ini menjadi pukulan berat bagi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam proyek infrastruktur di luar negeri guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Menanggapi hal tersebut, politikus senior Partai Golkar Muladi menilai itu sudah merupakan keputusan Indonesia berdasarkan tiga hal.

“Yang jelas pak presiden mengutus pak Sofyan Djalil sebagai ‘sepecial employee’ ke pemerintah Jepang apa yang menjadi keputusan Indonesia,” ujar Muladi di Jakarta, Jumat (2/10).

Menurutnya, keputusan Indonesia ini berdasar tiga hal, pertama B to B, tidak menggunakan uang APBN dan terakhir tidak ada jaminan pemerintah.

“Dalam kontek itu lah keputusan dibuat, Jepang juga ditawarkan tetapi Jepang kan tidak punya BUMN seperti di tempat lain. Jadi bukan diputuskan, tetapi ditawarkan,” jelasnya

Sementara itu, menyinggung apakah ada kerjasama lain dengan Jepang, Muladi membenarkan masih ada proyek lain. Namun, lanjutnya, pemerintah memilih China dalam proyek kereta cepat juga karena memperhatikan keuntungan yang lebih besar.

“Yang jelas begini, kerja sama dengan Jepang bukan hanya kereta cepat tetapi banyak juga proyek lain. Seperti power plant yang kemudian sebagai kontraktor utamanya Jepang,” katanya.

“Pemerintah akan memperhatikan kerjasama histori dengan Jepang dan China. Jadi kita juga memperhatikan benefit sebaik-baiknya, untuk masyarakat dan pemerintahan kita,” tandasnya.

Dilansir dari Japan Times, Selasa (29/9/2015), Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengungkapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil telah memastikan bahwa Indonesia telah memutuskan untuk memilih China untuk menggarap proyek prestisius tersebut.

Pemerintah Indonesia datang mengunjungi Jepang usai memutuskan untuk menolak dua proposal proyek kereta super cepat yang ajukan Jepang dan China pada awal bulan ini. Alasannya, tingginya biaya kontruksi proyek tersebut dan menawarkan proyek kereta dengan kecepatan sedang dengan nilai investasi lebih rendah.

Artikel ini ditulis oleh: