Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Aktual/Ilst.Nelson)
Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, terbitnya Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Percepatan Penyelenggaran Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta-Bandung bukan dikeluarkan kali ini saja. Pasalnya, perpres tersebut menjadi polemik karena dikeluarkan secara tiba-tiba, padahal keputusan semacamnya sulit dikeluarkan untuk pembangunan daerah lain.

“Memang yang dilihat adalah pembangunan didaerah harus didahului dan cepat. Keppres bukan dikeluarkan untuk ini saja. Kita pernah keluarakan buat kereta ringan Bekasi karena untuk percepatan,” ujar Rini di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Senayan, Jumat (29/1)

Misalnya, lanjut Rini, dalam percepatan lahan dan perijinan, keppres/perpres dikeluarkan untuk pembangunan Tol Sumatra dan trans kalimantan. “Sekarang BUMN yang 4 ini ingin percepat Bakauheni sampai Palembang yang hampir 400 kilometer. Itu kita kejar-kejaran sama pembebasan lahan. Itu pendanaan oleh BUMN,” katanya

Terkait polemik proyek Jakarta-Bandung yang dinilai belum ada urgensinya dibanding daerah lain, Rini mengaku sudah mendiskusikannya dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kota Bandung Barat.

“Memang proyek kereta cepat ini tidak terlepas dari pembangunan kota Walini. Ini juga kita bicarakan ke beberapa pihak, termasuk perguruan tinggi (ITB) yang mau mengembangkan kampusnya kesana (kereta cepat). Ini dilakukan 2009-2010 dengan melihat kepadatan dari jalur Jakarta Bandung sulit aksesnya,” ujar dia.

Lebih lanjut, Rini berdalih kereta cepat dapat membuat masyarakat Jakarta dan Bandung lebih produktif. Menurutnya, kecepatan berpindahnya manusia dari suatu daerah ke daerah tertentu bisa menjadi nilai ekonomis tersendiri.

“Nilai ekonomi tidak lepas berapa lama kita ada dijalan. Kita mau lebih produktif. Misal 30 menit dibanding 2 jam ya pilih 30 menit, karena itu akan beri produktivitas lebih tinggi pada kerja kita. Manusia bertambah terus. Sekarang Jabotabek 28 juta (orang). Bandung raya 8 juta. Kita bicara 36 juta manusia yang lalu lalang sehingga penting mereka dapatkan alternatif transport untuk lebih efisien dan ekonomis dalam melakukan aktivitasnya. Sekarang kita era ekonomi terbuka ASEAN, dimana kita harus kompetitif,” kata dia.

“Inilah dasar program kereta cepat Jakarta-Bandung ini. Jadi kita lihat menyeluruh dari sisi bisnis,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu