Jakarta, Aktual.com – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) memperkirakan proyek kereta cepat Jakarta Bandung akan berpotensi menimbulkan kerugian lebih dari Rp 5 miliyar setiap harinya. Kerugian itu berdasarkan perhitungan yang didasarkan pada kurs dolar dan yuan, jumlah penumpang, dan frekuensi kereta.
“Secara kasar ini berpotensi untuk rugi, karena itu kami meminta untuk diperhitungkan kembali,” ucap Peneliti Junior Fitra, Gulfino Guevarrato di kantor Sekretariat Fitra, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (15/2).
Untuk pendapatan hariannya, proyek yang menelan hutang Rp 77 triliun tersebut dianggap tidak akan mampu mengejar hutang per harinya.
Pasalnya, nilai proyek kereta cepat yang diperkirakan mencapai Rp 73 Triliun dengan panjang lintasan 140,9 Km tersebut menetapkan harga tiket kereta diperkirakan Rp 225 ribu dan menargetkan 12.000 penumpang tiap harinya hanya akan sanggup mendapatkan sekitar Rp 3 miliyar. Artinya, untuk mencukupi hutang Rp 8,2 miliyar setiap hari pemerintah harus mensubsidinya.
Namun, target 12.000 penumpang per hari juga dianggap tidak realistis. Pasalnya, menurut Apung Widadi trend penumpang kereta api cenderung turun tiap tahunnya. Hal itu berdasarkan trend penumpang kereta Argo Parahyangan yang dimiliki oleh Fitra.
Di mana kereta api Agro Parahyangan rute Jakarta-Bandung dengan harga tiket Rp60-80 ribu saja kesulitan mencapai target penumpang 12.000 per harinya.
“Kereta ini saja sulit mendapat 12.000 penumpang. Paling banyak 8.300 penumpang per hari. Ini harga tiket sudah murah. Artinya apa, pemerintah sebaiknya tidak melanjutkan pembangunan proyek ini,” terangnya
Selanjutnya, Apung menambahkan, Fitra juga memperkirakan setiap tahunnya pemerintah harus membayar utang ke China sebanyak Rp 2,95 triliun pertahun nya berdasarkan pada kalkulasi kurs beserta bunganya, yang mana hal itu didasarkan pada perhitungan kurs dolar yang dipakai adalah Rp 13.900.
Selain kerugian tersebut, pemerintah juga harus memperhitungkan kerugian ekologi yang dihasilkan. Selain itu, keuntungan yang didapatkan oleh kereta cepat baru sebatas jumlah tenaga kerja yang diserap. Tetapi itu pun, hanya keuntungan bagi para pekerja asal China, karena hal itu sudah menjadi satu paket dalam perjanjian kerjasama Indonesia dan China.
Artikel ini ditulis oleh: