Jakarta, Aktual.co — Pengamat Kebijakan Migas Yusri Yusman meminta PT Pertamina (Persero) mengkaji kembali kerja sama proyek LNG Terminal Receiver Bojonegara Banten yang dilakukan bersama PT Bumi Sarana Migas (BSM).
“Engga fair, harus ikut ambil resiko. Jadi perjanjian itu harus dikaji lagi. Jangan ini menjadi korban karena kekuasaan,” kata Yusri saat berbincang dengan Aktual di Jakarta, Selasa (12/5).
Menurutnya, Pertamina itu sangat berpotensi untuk menjadi perusahaan besar dikancah internasional tapi sayang kerap diintervensi.
Perlu diketahui, dalam kerjasama tersebut, Pertamina diposisikan sebagai 100 persen offtaker LNG regasified gas yang dipasok oleh perusahaan besutan anak Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yakni Solihin Kalla. Di mana selanjutnya gas tersebut akan disalurkan oleh Pertamina ke PT PLN (Persero). Sehingga resiko penyerapan gas oleh PLN menjadi 100 persen resiko Pertamina. Terdapat resiko single party offtaker untuk pembeli LNG, yaitu PLN.
Bahkan untuk penjualan gas ke PLN pun, proyek Land based Regasification Plant Bojonegara ini akan bersaing dengan FSRU Nusantara Regas dan Proyek PGN FSRU Lampung yang keduanya sudah siap untuk menerima LNG dan menyalurkan Regasified Gas ke pembangkit PLN.
“Tiap ada potensi merugikan negara, sekalipuan atas kekuasaan pak JK pun tidak boleh. Kalau PT Bumi Sarana ini milik (anak) pak JK,” tukasnya.
Seharusnya, sambung dia, dengan jabatan JK saat ini, kontrak dengan Pertamina harus saling menguntungkan dan berbagi resiko sesuai porsi sahamnya. “Menjadi contoh yang baik model investasi antara swasta dengan BUMN jangan dibalik-balik tidak fair,” tandasnya.
Sementara itu, Pengamat Energi dari Migas Watch Widodo Edi Setyanto justru mengatakan bahwa proyek tersebut harus batal lantaran kental akan unsur KKN. “Ini harus batal, kental sekali unsur KKN-nya, apalagi BSM kan Kalla Group, kerja samanya kan kelihatan tidak win win, dan justru merugikan Pertamina,” katanya.
Ia menegaskan, hal ini sudah sangat menunjukan bagaimana Wapres Jusuf Kalla tengah memperbesar kerajaan bisnis keluarganya ketimbang mensejahterahkan rakyat dan memberantas mafia migas.
“Bojonegara itu kan milik Pertamina, untuk apa menggandeng BSM? Kan Pertamina punya Pertagas. Sekarang artinya BSM sebagai apa disitu? sedangkan, land base terminalnya kan milik pertamina, jadi modal apa BSM itu? Hanya modal dengkul dan kekuasaan saja,” ungkap Widodo.
Berdasarkan data yang diperoleh Aktual, jika dibandingkan dengan proyek Pertagas FSRU Cilamaya LNG Company, penjualan regasified LNG dilakukan dari Pertagas Cilamaya langsung ke End Customer (IPP Jawa, IPP Sunyarangi dan Pertamina Balongan). Sehingga Pertamina tidak menanggung resiko penyerapan pasar. Dari segi LNG Supply dan market demand pun proyek Pertagas ini menunjukan posisi yang sangat aman karena volume demand sesuai dengan volume supply LNG.
Tidak seperti LNG Bojonegara antara Pertamina dengan BSM, yang terdapat porsi unmarketable LNG cukup besar. Di mana available market yang dimiliki hanya untuk IPP Jawa I sebesar 320 MMSCFD dan PLN Jawa Barat sebesar 334 MMSCFD, total keduanya adalah 654 MMSCFD. Sementara target LNG Supply nya sendiri justru mencapai 1000-1500 MMSCFD.
Artikel ini ditulis oleh: