Salah satu indikator lain yang membaik dan stabil adalah laju pergerakkan Indeks Harga Konsumen, yang hingga Maret 2017 menunjukkan inflasi di 3,61 persen secara tahunan (year on year/yoy). Di Maret 2017, bahkan terjadi deflasi 0,02 persen (month to month/mtm). Inflasi yang cenderung terkendali itu diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat.
Di sisi lain, Bank Indonesia memerkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2017 memang belum sesuai ekspetasi. Kajian BI pada akhir Februari 2017, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2017 diperkirakan lebih rendah dari 5,05 persen (year on year/yoy). Hal tersebut, karena masih rendahnya konsumsi pemerintah.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityawara mengatakan pergerakkan ekonomi yang belum kencang, juga terlihat dari penyaluran kredit perbankan yang tumbuh minus 0,7 persen dari Januari hingga Maret 2017. Angka minus tersebut berarti penyaluran kredit melambat.
“Tapi itu memang pola triwulan-I yang memang selalu lebih rendah. Biasanya, kegiatan ekonomi baru mulai keliatan di triwulan II, dan meningkat lagi di triwulan III dan IV,” ujar dia.
Pemerintah, sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, menargetkan ekonomi dapat tumbuh 5,1 persen (yoy) pada tahun ini, setelah tumbuh 5,02 persen (yoy) pada 2016. Sementara BI memasang target pertumbuhan ekonomi di rentang 5–5,4 persen (yoy).
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka