Jakarta, Aktual.com — Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan orang tua perlu melakukan introspeksi diri bila anaknya menjadi pelaku “bullying” karena bisa jadi ada yang salah dalam pengasuhan orang tua dan keluarga.
“Latar belakang pelaku ‘bullying’ itu ada dua macam. Dia menjadi korban sebelumnya kemudian menjadi pelaku, atau memang dia murni pelaku ‘bullying’,” kata Vera Itabiliana Hadiwidjojo dalam jumpa pers di Jakarta, ditulis Kamis (13/8).
Vera mengatakan apa pun yang dilakukan anak merupakan dampak dari pengalaman yang sudah bertahun-tahun. Karena itu, orang tua perlu melakukan introspeksi dan evaluasi diri serta keluarga bila anaknya menjadi pelaku “bullying”.
Menurut Vera, ada beberapa sebab anak menjadi pelaku “bullying”. Seorang anak yang biasa di-“bully” kakak-kakaknya, sangat mungkin akan mem-“bully” teman-temannya.
“Bisa juga anak menjadi pelaku ‘bully’ karena terpengaruh tontonan dan ‘game’. Bisa pula karena pola disiplin keras dari orang tua yang tidak membuka ruang komunikasi dengan anak,” tuturnya.
Vera mengatakan pola disiplin keras, misalnya anak harus patuh apa pun kata orang tua, tanpa adanya komunikasi, akan menanamkan pemahaman pada anak bahwa pola seperti itulah yang harus dilakukan agar teman-temannya mau mengikuti kemauannya.
Bila orang tua sudah melakukan introspeksi dan memperbaiki apa yang salah dalam pengasuhan keluarga, mereka harus bekerja sama dengan sekolah untuk mengatasi perilaku “bullying” anak.
“Anak yang menjadi pem-‘bully’ biasanya karena belum bisa menemukan apa kelebihannya. Dia merasa kelebihannya adalah melakukan ‘bullying’,” katanya.
Bila kelebihan anak sudah diketahui, maka orang tua dan sekolah harus berupaya mengembangkannya. Hal itu sudah pernah terjadi pada salah satu anak yang Vera tangani.
Vera menjadi salah satu narasumber dalam jumpa pers kampanye #BeraniSenyum123 yang diadakan Pepsodent. Selain Vera, narasumber lain adalah Alya Rohali dengan pemandu acara Shahnaz Haque.
Senior Brand Manager Pepsodent Varina Merdekawati mengatakan kampanye tersebut diadakan karena melihat kegelisahan para ibu terhadap perkembangan anak-anaknya yang menginjak usia praremaja dan mengalami “peer pressure” dan “bullying”.
“Apa yang dialami anak-anak saat ini tentu berbeda dengan yang dihadapi orang tua dulu saat kecil karena ada perbedaan zaman. Karena itu kami menginisiasi kampanye ini dengan mengajak menyelesaikan masalah dengan tersenyum,” katanya.
Varina mengatakan perbedaan permasalahan antara anak dengan orang tua di masa kecil menjadi tantangan bagi orang tua di masa sekarang karena mereka belum mengetahui bagaimana cara menghadapi masalah tersebut.
Artikel ini ditulis oleh: