Selain itu ia mengingatkan jangan sampai mengabaikan faktor kerentanan kepribadian atau orang dengan gangguan psikologis yang menyebabkan berperilaku bunuh diri.

Sebagai contoh, orang berkepribadian borderline personality disorder atau tidak stabil secara emosi memiliki kecenderungan berperilaku bunuh diri dan masih banyak gangguan kepribadian lainnya yang menjadi faktor risiko perilaku bunuh diri.

Oleh karena itu tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan perilaku bunuh diri sehingga harus benar-benar dikaji secara mendalam, ujarnya.

Pada sisi lain ia menilai kasus bunuh diri dapat dicegah, dimulai dengan ketika menemukan orang yang berpotensi mengajak bicara, menemani, mendengarkan apa yang disampaikan dengan perhatian dan tidak menghakimi atau mengolok-olok.

Lalu menyingkirkan benda tajam atau berbahaya yang dapat digunakan sebagai alat melakukan tindakan bunuh diri hingga memberikan dorongan untuk menemui ahli psikiater atau psikolog yang dapat membantu, ujarnya

Ia menilai orang berperilaku bunuh diri karena merasa tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi sendiri sehingga perlu didorong untuk tidak sungkan menemui orang yang mampu mendengarkan apa yang menjadi keluh kesahnya.

“Kerja sama dengan berbagai pihak untuk menolong orang tersebut penting untuk menyelesaikan masalahnya melibatkan komunitas sekitarnya, misalnya sekolah, teman terdekat, teman dan atasan di lingkungan pekerjaan, tokoh masyarakat, tokoh agama, sehingga orang itu menyadari ia tidak sendiri,” ujarnya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin