Pemilu 2019

Jakarta, aktual.com – Jelang pencoblosan pada 17April 2019 yang akan dilakukan secara serentak diaeluruh Indonesia terus mendapatkan perhatian dari sejumlah kalangan, tidak terkecuali para calon legislatif (Caleg) yang ‘tergerus’ keberadaannya lantaran pemilihan presiden (Pilpres).

Karenanya, rekam jejak para Caleg dinilai dapat mempengaruhi pemilih untuk menentukan pilihannya nantinya.

Psikolog Ratih Ibrahim berpendapat kasus korupsi hingga skandal pribadi akan mempengaruhi psikologi pemilih, sehingga kepercayaan pemilih bisa memudar karena kasus dipengaruhi kasus aib.

“Kasus-kasus aib tersebut punya potensi mempengaruhi psikologi pemilih. Ada trust yang jadi terganggu dan rusak,” kata Ratih, Senin (15/4).

Meski rekam jejak dapat mengganggu, akan tetapi, sambung dia, Caleg tetap bisa mendapat kepercayaan jika pemilih menutup mata dari tindakan aib yang dilakukan sang calon wakil rakyat tersebut.

“Kecuali pemilihnya memang buta atau membutakan diri terhadap kasus tersebut,” sebutnya.

Hal senada dikatakan psikolog sosial UGM Koentjoro mengatakan kepribadian calon legislatif mempengaruhi psikologi pemilih rasional dalam menentukan pilihan politiknya pada Pemilu.

Menurutnya, gaya hidup bisa mempengaruhi kepribadian Caleg. Dalam kasus korupsi misalnya, ia berkata, biasanya tindakan korupsi dilakukan Caleg yang tidak memiliki dana atau tidak cukup percaya diri dalam bertarung di Pemilu.

“Karena itu kemudian korupsi, apalagi ada desakan terus menerus dari timsesnya,” katanya.

Di media sosial sebelumnya sempat dihebohkan dengan foto-foto mesum yang diduga Caleg dari partai Demokrat berinisial F, dan juga skandal yang melibatkan keluarga caleg Partai Gerindra berinisial S. Selain skandal pribadi, sejumlah caleg juga terjerat kasus korupsi dan narkotika.

Pada 11 April 2019, seorang caleg dari Partai Gerindra berinisial AM asal Kota Bandung, Jawa Barat, ditangkap Polda Jawa Barat. AM ditangkap polisi lantaran kedapatan menggunakan sabu seberat 0,6 gram.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin