Jakarta, aktual.com – Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, Ella Titis Wahyuniansari, mengatakan, menjaga kesehatan mental saat mudik sama penting dengan menjaga kesehatan fisik.

“Saat mudik pasti banyak hal yang tidak bisa diprediksi, utamanya titik kemacetan, sehingga selain menjaga kesehatan fisik, pemudik juga perlu menjaga kestabilan emosi,” kata Ella saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (18/4).

Ella mengatakan memang mudik identik dengan macet, tetapi karena titik-titik kemacetan bisa terjadi di luar perkiraan, penting untuk menjaga istirahat dengan cukup, memperhatikan kondisi tubuh, juga membawa barang-barang yang bisa mengalihkan pemudik dari rasa bosan.

“Penting untuk membawa bekal-bekal atau segala sesuatu yang bisa mengalihkan pikiran dari rasa bosan dan emosi yang setiap saat bisa tersulut,” ujarnya.

Ia mengatakan masing-masing orang bisa memiliki kesenangan yang berbeda. Bagi pemudik yang membawa kendaraan pribadi khususnya mobil, lanjut dia, ada layar di depan untuk memutar film atau lagu.

“Kalau ada layar, jangan memutar yang ada film atau klip, karena kalau kita tertarik akan teralihkan, dan bisa terjadi hal yang membahayakan, untuk itu lebih baik dengarkan musik atau minimal yang ada teks-teks singkat saja,” katanya.

Ella mengatakan tingkat kebosanan, lelah, dan mengantuk, saat menyetir biasanya muncul ketika perjalanan lebih dari empat jam. Untuk itu ketika lelah disarankan berhenti di tempat peristirahatan.

“Silakan main gawai, telepon rekan atau saudara, beli makanan, tidur, dan kegiatan lain yang bisa membuat pikiran kembali segar dan siap melanjutkan perjalanan,” katanya.

Ia berpesan agar pemudik tidak terlalu terpaku pada target harus sampai di tempat tujuan dalam waktu berapa jam, karena akan terjadi hal-hal di luar perkiraan yang membuat pemudik harus lebih fleksibel.

“Lebih baik persiapkan dana dan waktu yang lebih, buat perencanaan untuk menginap di mana, pikirkan akan makan di restoran favorit apa, karena kalau sudah memikirkan liburan atau hal-hal yang menyenangkan seperti itu psikis kita cenderung lebih senang dan tidak mudah stres,” katanya.

Ella mengisahkan dirinya termasuk salah satu korban kemacetan Tol Brexit (Brebes Exit) pada tahun 2016.

“Saat itu saya dan keluarga memutuskan istirahat di Pekalongan dan berangkat kembali keesokan harinya, ternyata masuk Tegal sudah macet tak terkira, dan prediksi maksimal lima jam sudah sampai Kuningan itu hanya angan-angan belaka,” ujarnya.

Ella mengatakan saat itu banyak korban yang meninggal. Kasus ini bisa menjadi pelajaran pentingnya menjaga psikis selain fisik ketika mudik agar sampai dengan aman dan selamat di tempat tujuan.

“Ketika tidak menjaga kondisi, emosi bisa tersulut, akibatnya bisa bertengkar dengan orang lain, saling serobot, dan yang paling bahaya ketika emosi sudah meningkat, lalu bawa kendaraan ngebut, bisa menimbulkan kerugian, seperti kecelakaan atau kritikan orang lain. Untuk itu perlu dijaga emosinya,” kata Ella.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Rizky Zulkarnain