Jakarta, Aktual.com — PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) sekarang menjadi sorotan publik gara-gara mendapat kucuran kredit dari beberapa bank BUMN sekaligus melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Seolah kompak, beberapa bank BUMN ini sama-sama mengucurkan kredit ke PT Indah Kiat dengan jumlah yang tidak sedikit. Bank Mandiri mengucurkan kredit sebesar USD50 juta plus RMB 320 ribu. BRI mengucurkan kredit ke Indah Kiat sebesar USD175 juta.

Usut punya usut, PT Indah Kiat adalah anak usaha dari Asia Pulp & Paper (APP). APP sendiri termasuk ke dalam Sinar Mas Group yang didirikan pada tahun 1972. Indah Kiat sendiri didirikan pada tahun 1981.

APP sendiri memiliki anak usaha yang cukup banyak. Selain Indah Kiat ada nama PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills dan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper. Lucunya lagi, dua perusahaan ini juga mendapat kucuran kredit hasil pinjaman CDB ini.

BRI mengucurkan ke Pindo Deli sebesar USD221 juta. Perusahaan ini juga mendapat kredit dari Mandiri sebesar US$ 15 juta. Sementara Lontar Papyrus mendapat kredit dari BNI sebesar Rp271 rupiah.

Kondisi ini dicecar oleh Anggota Komisi XI DPR membahas antara lain soal pinjaman dari CDB sebesar USD3 miliar yang masing-masing bank BUMN mendapat USD1 miliar.

“Agar terang benderang jelaskan alasan bank BUMN ini mengucurkan kreditnya, salah satunya ke satu grup, bahkan angkanya itu besar,” jelas Anggota Komisi XI dari PDIP, Andreas Eddy Susetyo, saat rapat tersebut di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (15/3).

“Apa kriteria dan persyaratannya sehingga bisa mendapat kredit itu? Semuanya bilang untuk infrastruktur tapi perusahaan seperti itu kok bisa,” imbuh dia.

Di tempat yang sama, Anggota Komisi XI lainnya, Eva Sundari menyebut, pinjaman yang diterima perusahaan kertas justru lebih besar dari yang didapat perusahaan infrastruktur.

“Wika (PT Wijaya Karya) malah cuma dapat pinjaman Rp50 miliar, padahal itu perusahaan konstruksi yang mengembangkan infrastruktur. Kalah jauh dari perusahaan pulp and paper,” terangnya.

Mestinya, kalau memang tujuannnya untuk perdagangan mestinya dijelaskan dari awal. “Ini katanya untuk infrastruktur, tapi begitu ketahuan debiturnya malah disebutkan ada tujuan perdagangan,” cetus Eva.

Anggota Komisi XI lainnya, Kardaya Warnika merasa aneh dengan fenomena tiga bank yang kompak mengucurkan kreditnya ke satu perusahaan. Padahal itu bukan perusahaan infrastruktur tapi perusahaan kertas.

Direktur Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin berdalih, alasan debitur tersebut mendapat kucuran kredit itu karena untuk menghindari risiko.

“Jadi kami hanya mengutamakan nasabah existing yang sudah lama. Ini agar risiko kreditnya lebih kecil,” kata dia.

APP sendiri sebagai induk dari ketiga perusahaan itu memiliki pangsa pasar di China.

Berdasar laman Wikipedia, APP-China mulai berinvestasi di China pada tahun 1992, dengan penekanan pada Yangtze dan Pearl River Deltas.

Mesin kertas APP-China sekarang berlokasi di Ningbo Zhonghua, Goldeast Paper, Ningbo Asia, Gold Huasheng, Gold Hongye, Hainan Jinhai Pulp and Paper, dan Guangxi Jingui Pulp & Paper.

Indak Kiat sendiri, pada Mei 1986, diakuisis oleh Sinar Mas Group sebanyak 67% dari total saham Indah Kiat atas perintah Singgih Wahab Kwik (Kowik), salah satu pendiri APP.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka