Jakarta, Aktual.com — Center for Budget Analysis (CBA) mencurigai adanya intervensi kepada PT Pertamina (Persero) atas proyek pembangunan terminal penyimpanan LNG (Gas Alam Cair) yang dikembangkan oleh PT Bumi Sarana Migas (BSM)
Hal ini dapat dilihat dalam proses terjadinya kontrak, PT Bumi Sarana Migas yang merupakan milik anak dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni Solihin Kalla mendapatkan proyek tersebut tanpa melalui proses tender.
“Kontrak proyek itu memang sangat memcurigakan, enak jadi anak Wakil Presiden, semua proyek basah gampang diperoleh tanpa lelang, hanya punya feasibility studi Pertamina langsung mau dengan PT Bumi Sarana Migas,” sindir Direktur CBA, Ucok SkyKhadafi kepada Aktual.com, Selasa (29/3).
Untuk itu CBA meminta kepada Badan Pemeriksa Keuanga (BPK) agar melakukan audit investigasi atas potensi kerugian yang diderita oleh negara akibat dikelola pihak swasta, karena dia berkeyakinan pihak Pertamina punya kemampuan untuk menangani sendiri proyek itu.
Selanjutnya dia juga meminta DPR agar segera membentuk Pansus guna menyelidiki proyek yang tidak masuk akal menurutnya.
“Biasanya proyek seperti ini Pertamina sangat serakah, kok kali ini Pertamina pasrah? Ini mencurigakan karena sumber daya pertamina sanggup mengerjakan proyek ini,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui bahwa PT Pertamina (Persero) bekerjasama dengan PT Bumi Sarana Migas untuk membangun proyek LNG (Gas Alam Cair) Receiving Terminal Bojonegara, Banten, Jawa Barat.
Kerja sama ini diketahui sudah sampai pada tahap penandatanganan Head of Agreement (HoA) yang dilakukan pada 1 April 2015 lalu oleh Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani dan Direktur PT Bumi Sarana Migas Solihin Kalla serta disaksikan langsung oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto
Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro mengakui bahwa terpilihnya PT Bumi Sarana Migas itu bukanlah hasil dari tender, melainkan berdasar pada pengajuan feasibility study yang diajukan oleh pihak Bumi Sarana Migas kepada Pertamina.
“Bukan tender atau penunjukkan, jadi itu lebih ke arah pengajuan feasibility study dari PT (Bumi Sarana Migas) tersebut,” kata Wianda kepada Aktual di Jakarta, Kamis (16/4).
Ia menambahkan, Bumi Sarana Migas juga sudah memiliki beberapa partner yang dianggap berpengalaman melakukan konstruksi dari terminal LNG.
Berdasarkan data yang diperoleh Aktual, jika dibandingkan dengan proyek Pertagas FSRU Cilamaya LNG Company, penjualan regasified LNG dilakukan dari Pertagas Cilamaya langsung ke End Customer (IPP Jawa, IPP Sunyarangi dan Pertamina Balongan). Sehingga Pertamina tidak menanggung resiko penyerapan pasar.
Dari segi LNG Supply dan market demand pun proyek Pertagas ini menunjukan posisi yang sangat aman karena volume demand sesuai dengan volume supply LNG.
Tidak seperti LNG Bojonegara antara Pertamina dengan BSM, yang terdapat porsi unmarketable LNG cukup besar. Di mana available market yang dimiliki hanya untuk IPP Jawa I sebesar 320 MMSCFD dan PLN Jawa Barat sebesar 334 MMSCFD, total keduanya adalah 654 MMSCFD. Sementara target LNG Supply nya sendiri justru mencapai 1000-1500 MMSCFD.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka