Jakarta, Aktual.com — PT Vale mencetak rekor produksi tahunan tertinggi dalam sejarah sebesar 81.177 metrik ton pada 2015 melampaui rekor yang dicapai tahun sebelumnya.
“Kami bangga dan bersyukur atas prestasi ini. Tentu ini buah dari kerja keras dan tekad seluruh karyawan Perseroan,” kata CEO dan Presdir PT Vale, Nico Kanter pada keterangan persnya, Jumat (26/2).
Menurut dia, pada saat yang sama juga sangat penting untuk senantiasa terus meningkatkan efisiensi biaya dan produksi karena kami tetap berhati-hati dengan pergerakan harga nikel pada 2016.
Produksi nikel dalam matte PT Vale di triwulan keempat tahun 2015 (4T15) adalah sekitar delapan lebih tinggi dibandingkan volume produksi di 4T14.
Ini adalah produksi triwulanan tertinggi dalam sejarah PT Vale, sekalipun saat menjelang akhir tahun ketinggian permukaan air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Perseroan turun mendekati batas minimum, yang berdampak pada pasokan listrik.
Setelah menimbang dengan hati-hati dan menyeluruh, manajemen Perseroan memutuskan untuk mengaktifkan generator termal untuk memasok tambahan daya ke tungku listrik karena operasi masih menghasilkan margin kas positif.
Sementara itu diawal 2016 ketinggian permukaan air PLTA mulai naik karena curah hujan yang lebih tinggi. Ini mendorong Perseroan untuk menghentikan operasi generator termalnya sejak pertengahan Januari 2016.
Adapun volume penjualan pada 2015 meningkat sebesar empat persen dari periode 2014 dan 12 persen lebih tinggi dari triwulan keempat tahun sebelumnya. Namun dengan turunnya harga jual rata-rata tahun 2015 sebesar 27 persen dibandingkan 2014 karena harga nikel yang lebih rendah, maka pendapatan tahun 2015 juga turun 24 persen.
Sedang ditinjau dari biaya pokok pendapatan Perseroan turun sebesar delapan persen pada 2015 dibandingkan tahun 2014. Penyebab utama penurunan biaya ini adalah turunnya biaya bahan bakar dan karyawan serta perbaikan monitoring pengeluaran diskresi.
Beban usaha, biaya keuangan dan beban lainnya pada tahun 2015 juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 20 persen, 21 persen dan 35 persen dibandingkan tahun 2014.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan