Pengendara sepeda motor melintasi banjir di jalan Bangka, Jakarta Selatan, Rabu (26/8). Hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Jakarta menyebabkan beberapa kawasan di Jakarta Selatan dilanda banjir akibat meluapnya kali Mampang. AKTUAL/Tino Oktaviano

Yogyakarta, Aktual.com – Bencana alam di Indonesia pada tahun ini terhitung sejak medio Januari hingga awal Mei, hampir seluruhnya disebabkan oleh bencana hidrometeorologi atau sekitar 98 persen.

Bencana ini diakibatkan oleh berbagai parameter seperti curah hujan, kelembaban, temperatur, angin atau perubahan iklim.

Berdasar data yang dirilis BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) per minggu ke-1 bulan Mei 2017, telah terjadi 1.113 bencana hidrometeorologi mencakup rentang geografis mulai Aceh hingga Papua.

Tiga provinsi dengan jumlah bencana terbanyak yakni Jawa Tengah (362), Jawa Timur (245) lalu Jawa Barat (153). Banjir jadi bencana yang paling sering, disusul puting beliung kemudian tanah longsor.

Tercatat 14.630 rumah rusak serta 167.623 rumah terendam. Untuk kategori rusak berat sebanyak 2.804, rusak sedang 2.368 dan rusak ringan 9.458.

Sementara untuk korban jiwa, 80 persen meninggal dan hilang akibat tanah longsor maupun banjir. Namun untuk korban bencana keseluruhan, tercatat 167 orang meninggal dan hilang, 318 luka-luka serta 1.048.370 mengungsi dan terdampak.

“Angka-angka ini sangat tinggi karena baru bulan Mei 2017, hingga Desember pastinya nanti bisa dua kali lipat,” ujar Aris Sustiyono dari forum PRB (Pengurangan Risiko Bencana) DIY, Sabtu (13/5).

Karenanya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi ancaman bencana. Masyarakat perlu diberi pemahaman atas risiko bencana di level komunitas sehingga memiliki sistem kesiapsiagaan.

“Membentuk komunitas siaga bencana berbasis desa agar mereka terlibat aktif melakukan peringatan dini dan melakukan pertolongan bila terjadi bencana,” kata Aris.

Degradasi lahan dan hutan harus dijawab dengan penanaman pohon sebanyak mungkin, melakukan pengelolaan sampah dengan metode 3R (Reuse, Recycle, Reduce), tidak cukup sekedar kampanye membuang sampah pada tempatnya.

 

Laporan Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh: