“Ini petugasnya gimana sih, kok kita dibiarkan berputar-putar di dalam Kota Bekasi. Justru jalan alternatif ini malah mengulur waktu perjalanan,” keluh seorang pemudik dari dalam bus tujuan Solo, Jawa Tengah.
Johan menyadari bahwa keputusan dirinya untuk mengisi penuh seluruh pelintasan mudik di Kota Bekasi pada malam itu merupakan keputusan terbaik dari kemungkinan situasi terburuk yang akan terjadi. Alasannya, gelombang puncak mudik saat itu, nyatanya juga tidak terantisipasi dengan baik oleh Dishub Kabupaten Bekasi selaku daerah “tetangga” yang menerima estafet lintasan pemudik dari Kota Bekasi.
Pemudik yang keluar dari wilayah Kota Bekasi via Jalan M. Hasibuan-Jalan Chairil Anwar Kota Bekasi tertahan laju kendaraannya di sekitar lampu lalu lintas Simpang Jembatan Grand Wisata Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi akibat faktor penyempitan badan jalan.
“Kepala Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihantono pada malam itu sampai menelepon saya karena dia memonitoring kemacetan di wilayah Bekasi,” kata Johan.
Menurut dia, waktu henti kendaraan di lampu lalu lintas Simpang Grand Wisata Tambun yang terlalu panjang memicu kepadatan panjang kendaraan pemudik yang mengekor hingga Jalan M. Hasibuan Kota Bekasi sejauh lebih dari 10 kilometer.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara