Purnomo Yusgiantoro (istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Mantan Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro meminta pemerintah memberi perhatian serius atas ancaman ketahanan energi yang terus menerus menggerogoti kekuatan ekonomi nasional.

Dia mengungkapkan dengan kebutuhan konsumsi Bahan Bakar Minya (BBM) sebesar 1,6 juta barel oil per day (BPOD) yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi BBM yang hanya sekitar 800.000 BOPD, mengharuskan Indonesia melakukan impor BBM dengan jumlah yang cukup besar.

Tidak hanya itu, selain impor BBM, Indonesia juga impor minyak mentah (crude) untuk diolah di kilang dalam negeri. Dari sumber crude dalam negeri dan sumber impor tersebut, maka keluar produksi 800.000 BOPD sebagaimana yang telah dikatakan.

“Impor minyak mentah dan BBM kita naik. Apalagi impor BBM ini lebih mahal daripada impor crude dan ini memberi tekanan pada neraca perdagangan,” kata Purnomo di Jakarta, ditulis Rabu (1/11).

“Sekarang kita sudah minus. Konsumsi lebih besar dari pada produksi. Konsumsinya sekitar 1,6 juta BOPD, produksinya sekitar 800.000 BOPD, tekor. Kebanyakan impor ini menyebabkan tekanan neraca perdagangan kita di BI (Bank Indonesia) semakin lama semakin berat,” tutur dia.

Menurut Purnomo, ketahanan energi nasional tidak semata karena ketersediaan sumber energi yang dikandung negara. Dia mencontohkan negara Jepang tidak memiliki sumber energi yang memadai, namun ketahanan energi negeri samurai itu lebih baik dari Indonesia.

“Jepang menerapkan kebijakan energi yang bagus, sehingga negara lain tergoncang dengan perkembangan enegi, mereka tetap tenang-tenag saja,” pungkas Purnomo.

Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Arbie Marwan