Sejumlah petugas beraktivitas di salah satu Pusat Logistik Berikat (PLB) di Indonesia di Kawasan Industri Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara, Kamis (10/3). Keberadaan PLB ini merupakan realisasi dari Paket Kebijakan Ekonomi jilid II yang diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional, mempercepat waktu bongkar muat (dwelling time) di pelabuhan serta mampu menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/foc/16.

Jakarta, Aktual.com — Upaya menekan efisiensi perusahaan ditengah kondisi harga minyak dunia yang masih belum kunjung normal, para pelaku Industri Migas didorong untuk bisa memanfaatkan Pusat Logistik Berikat (PLB).

“PLB membantu efisiensi perusahaan migas. Karena disaat sekarang tekanan perusahaan untuk efisiensi semakin tinggi nah PLB ini bisa memberikan peluang besar untuk lakukan efisiensi” kata Ketua Asosiasi PLB Indonesia, Ety Puspitasari dalam Business Forum Migas 2016 di Balai Kartini, Jakarta pada Rabu (18/5).

Ety mengakui secara makro sektor migas memang lesu, tapi secara industri logistik keberadaan PLB diharapkan bisa mendorong industri logistik agar semakin maju.

Sementara itu, Ketua Harian Komunitas Migas Indonesia (KMI), Herry Putranto berharap pelaku bisnis migas dapat mengoptimalkan PLB sebagai fasilitas bersama untuk bisa mengolah minyak .

“Yang diinginkan migas adalah efisiensi sharing facility. Kebetulan ada PLB ini sebuah terobosan yang bisa dilakukan industri migas. Kami berharap PLB bisa digunakan sebagai fasilitas bersama untuk bisa mengolah minyak yang berlimpah,” kata Herry.

Seperti diketahui, Pusat Logistik Berikat merupakan gudang logistik multi fungsi untuk menimbun barang impor atau lokal dengan kemudahan fasilitas perpajakan berupa penundaan pembayaran bea masuk dan tidak dipungut PPN atau PPNBM, serta fleksibilitas operasional.

Kebijakan ini sendiri merupakan bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II pemerintahan Jikowi-JK.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka