Jakarta, Aktual.com —  Pusat Studi Transparansi Publik dan Anti Korupsi Universitas Sebelas Maret (Pustapako UNS) Solo, Jawa Tengah mengajak masyarakat untuk bersama-sama memerangi dan memberantas praktik korupsi. Pasalnya, korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini sudah memprihatikan.

Hal tersebut disampaikan Peneliti Pustapako UNS Solo, Lusiana Prima Sari ketika ditemui di sela-sela aksi peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia di arena Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu (6/12).

“Kami sengaja melakukan aksi di CFD karena banyak pengunjung dari berbagai daerah berkumpul di sini. Jadi sangat efektif untuk mengkampanyekan sekaligus memberikan edukasi (pendidikan) anti korupsi kepada mereka,” terang Lusiana.

Dalam aksinya, mereka membawa poster bertuliskan “Stop Korupsi”, “Hidup Sehat tanpa Korupsi”, “Jujur Sejak Dini” dan “Korupsi Menyengsarakan Bangsa”. Mereka juga membawa ogoh-ogoh tikus memakai jas dengan tangan kanan membawa palu dan tangan kiri serta mulut membawa uang.

Ogoh-ogoh tersebut, kata Lusiana merupakan bentuk gambaran korupsi yang terjadi di Indonesia. Bukannya memperhatikan kesejahteraan rakyat, justru para pejabat yang memiliki kekuasan memanfaatkan kedudukannya untuk memperkaya diri.

“Banyak kasus korupsi yang berjalan di persidangan. Untuk itu masyarakat ini memiliki peran aktif untuk mengawalnya. Supaya kasus korupsi tidak berjalan ditempat,” tandas Lusiana.

Lusiana berharap pendidikan anti korupsi dapat diajarkan terhadap anak mulai sejak dini. Hal itu penting guna menyiapkan generasi muda terbebas dan tidak terperangkap korupsi. Pendidikan anti korupsi ini adalah menyiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan agar tidak terperangkap dalam korupsi.

“Apalagi Solo sebentar lagi juga menggelar pesta demokrasi lima tahunan dengan memilik Kepala Daerah. Masyarakat memiliki kepentingan untuk mengawal jalannya Pilkada mulai pemungutan suara sampai terpilih supaya pemimpin yang dipilih benar-benar bersih dari tindak korupsi,” bebernya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka