Jakarta, Aktual.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menyerahkan jaket simbol tuan rumah Piala Dunia kepada Emir Qatar, yang negaranya akan menjadi tuan rumah turnamen ini untuk edisi 2022.

Seremoni itu menandai serah terima tanggung jawab dari negara dengan daratan terbesar di dunia kepada salah satu negara terkecil. Qatar hanya memiliki penduduk sebanyak 2,3 juta jiwa.

Ukuran Qatar, serta suhu panasnya dan minimnya stadion dengan infrastruktur yang sudah siap, memicu sejumlah pertanyaan terkait keputusan FIFA, badan sepak bola dunia, yang menunjuknya menjadi tuan rumah. Para penguasa Qatar mengatakan mereka akan menjawab tantangan-tantangan yang diberikan.

Dengan tersisa beberapa jam sampai pertandingan final antara Prancis melawan Kroasia yang akan menutup pesta sepak bola di Rusia tahun ini, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani bergabung dengan Putin dan ketua FIFA Gianni Infantino pada upacara di Kremlin.

“Rusia menyerahkan tongkat estafet untuk penyelenggaraan Piala Dunia FIFA kepada Qatar. Kami juga bangga terhadap apa yang kami lakukan untuk penggemar olahraga indah ini. Diri kami sendiri, segenap negeri, mendapat begitu banyak kenikmatan dari berinteraksi dengan sepak bola, dengan dunia sepak bola, dengan para penggemar yang datang ke sini dari seluruh penjuru dunia. Saya yakin bahwa teman-teman kami dari Qatar akan mampu menyelenggarakan Piala Dunia FIFA 2022 dengan level yang sama tingginya. Kami, tentu saja, siap untuk berbagi pengalaman yang kami dapatkan dalam menyelenggarakan Piala Dunia tahun ini, kepada teman-teman kami,” kata Putin, Minggu (15/7).

Pada klimaks upacara, Putin menyerahkan bola resmi Piala Dunia kepada Infantino, yang kemudian menyerahkannya kepada sang Emir.

Emir Qatar mengatakan negaranya akan mencurahkan segala upaya untuk menyukseskan Piala Dunia 2022. “Kami berharap dapat melewati semua kesulitan,” tuturnya.

Ia mengatakan negaranya juga akan berusaha melampaui kesuksesan timnas Rusia di lapangan, yang melampaui semua ekspektasi dengan mencapai perempat final.

“Meski akan berat untuk mengulangi kesuksesan tersebut sebab kami adalah negara kecil, namun kami sangat tertarik pada olahraga,” ucapnya.

Menjelang Piala Dunia tahun ini, sejumlah politisi negara Barat mengajak boikot terkait aneksasi Rusia terhadap Crimea dan atas tudingan-tudingan, yang semuanya dibantah Moskow, bahwa pembunuhan-pembunuhan di Kremlin dilakukan oleh lawan-lawan yang berasal dari luar negeri.

Terdapat juga sejumlah peringatan dari berbagai grup kampanye mengenai potensi kekerasan perusuh sepak bola dan serangan-serangan rasis.

Turnamen ini berlangsung tanpa adanya rintangan penyelenggaraan yang signifikan, tidak ada kekerasan, dan tidak ada bukti kuat mengenai rasisme.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka