Saint Petersburg, Aktual.com – Sebuah pernyataan mencengangkan dilontarkan Presiden Rusia Vladimir Putin yang membuat seluruh negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terhenyak. Bagaimana tidak, dalam sebuah konferensi pers Putin menyatakan akan mengambil alih seluruh Ukraina.

Dilansir dari Al Jazeera, dalam sebuah jumpa pers di Kota Saint Petersburg, Putin mengungkapkan bahwa ambisinya untuk mencaplok seluruh Ukraina belum mereda. ”Saya telah mengatakan berkali-kali, pada kenyataannya rakyat Rusia dan Ukraina adalah satu bangsa. Dalam hal ini, seluruh Ukraina adalah milik kita,” ungkapnya kepada wartawan, beberapa hari lalu pada konferensi pers untuk menandai pembukaan Forum Ekonomi Saint Petersburg.

”Tetapi Anda tahu kita memiliki perumpamaan lama, aturan lama: di mana pun seorang tentara Rusia melangkah, itu milik kita,” kata Putin.

Pernyataan itu langsung direspon Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, yang mengatakan: ”Di mana pun seorang tentara Rusia melangkah, ia hanya membawa kematian, kehancuran, dan kehancuran,” kata Andrii Sybiha.

Sebelumnya, dalam sebuah posting di platform pesan Telegram pada Sabtu (21/6) lalu, Zelenskyy menulis bahwa Putin telah ”berbicara sepenuhnya secara terbuka” : ”Ya, dia (Putin) menginginkan seluruh Ukraina. Ia juga berbicara tentang Belarus, negara-negara Baltik, Moldova, Kaukasus, negara-negara seperti Kazakhstan.”

Merespon pernyataan ambisius Putin, para perencana militer Jerman sepakat tentang ekspansionisme Putin, dan menganggap Rusia sebagai ”ancaman eksistensial” dalam sebuah makalah strategi baru yang dibuat selama 18 bulan, yang bocor ke majalah berita Der Spiegel minggu lalu.

Diberitakan Der Spiegel, Moskow tengah mempersiapkan kepemimpinan militer dan industri pertahanannya, ”khususnya untuk memenuhi persyaratan konflik berskala besar melawan NATO pada akhir dekade ini.”

”Kami di Jerman mengabaikan peringatan dari tetangga Baltik kami tentang Rusia terlalu lama. Kami telah menyadari kesalahan ini,” kata kanselir Jerman Friedrich Merz, saat menyoroti alasan perubahan haluan dari penolakan kedua pendahulunya untuk membelanjakan lebih banyak dana untuk anggaran pertahanan.

”Tidak ada jalan kembali dari kesadaran ini. Kita tidak dapat mengharapkan dunia di sekitar kita kembali ke masa yang lebih tenang dalam waktu dekat,” kata Merz lagi.

Untuk diketahui, Jerman bersama dengan sekutu NATO Eropa lainnya, sepakat pada Rabu (25/6) untuk menaikkan anggaran pertahanan menjadi 5 persen dari produk domestik bruto pada tahun 2035. Dari jumlah tersebut, 1,5 persen diperuntukkan bagi pengeluaran terkait militer seperti infrastruktur serbaguna, perawatan kesehatan darurat, keamanan siber, dan ketahanan sipil.

Hal ini merupakan tanda umum persepsi ancaman dari Rusia, tetapi juga merupakan kemenangan besar bagi Presiden AS Donald Trump, yang telah menuntut tingkat pengeluaran tersebut tak lama setelah memenangkan pemilihan ulang sebagai presiden AS tahun lalu.

Bahkan Trump, yang sebelumnya menyatakan kekagumannya pada Putin, tampaknya mulai membencinya. ”Saya menganggap dia orang yang, menurut saya, telah salah arah,” katanya setelah berpikir sejenak di sebuah konferensi pers NATO beberapa hari lalu.

”Saya sebenarnya sangat terkejut. Saya pikir kita akan menyelesaikannya dengan mudah,” mengacu pada konflik di Ukraina. ”Vladimir Putin benar-benar harus mengakhiri perang itu,” kata Trump.

Saat ini, Rusia terus melanjutkan perang daratnya selama KTT NATO di Den Haag pada 24 dan 25 Juni. Tercatat Rusia meluncurkan sekitar 200 serangan setiap hari, hal itu menurut Staf Umum Ukraina.

Ukraina sendiri, saat ini menghadapi 695 ribu tentara Rusia di wilayahnya, dengan 52 ribu prajurit lain yang sedang berusaha menciptakan garis depan baru di Sumy, timur laut Ukraina.

Sejak operasi militer Rusia terhadap Ukraina yang dimulai pada Februari 2023, sudah 20 persen wilayah Ukraina yang sudah diambil alih Rusia, diantaranya : Donbas timur, sebagian Kherson dan Zaporizhzhia, Luhansk, dan Donetsk, serta Krimea yang sudah dianeksasi sejak 2014 lalu.

(Indra Bonaparte)