Moskow, Aktual.com – Di tengah upaya gencatan senjata, pasukan Rusia terus bergerak maju di selatan setelah mendorong Ukraina keluar dari Kursk. Saat ini Ukraina menghadapi perkembangan militer dan diplomatik yang suram selama seminggu terakhir.
Dilansir dari Al Jazeera, hal itu terjadi lantaran Presiden Rusia Vladimir Putin menolak gencatan senjata penuh dengan menyatakan ada ”masalah” yang perlu diselesaikan. Vladyslav Voloshyn, juru bicara pasukan selatan Ukraina, mengatakan pasukan Rusia meningkatkan serangan mekanis mereka saat cuaca musim semi membuat tanah yang basah menjadi padat.
”Lumpur telah menghilang. Ada lebih banyak tumbuhan, dan jarak pandang berkurang. Oleh karena itu, musuh berusaha memperbaiki posisi taktisnya,” kata Voloshyn.
Pasukan Rusia pada hari Selasa (18/3) memasuki desa Stepove di Zaporizhia barat, provinsi selatan Ukraina yang sebagian diduduki pasukan Rusia. Penangkapan itu akan mempersulit logistik lokal Ukraina, kata seorang pejabat Rusia.
”Ada jalan yang membentang dari Orekhov ke Kamenskoye melalui Stepove, yang terus-menerus digunakan musuh. Mereka harus bergerak melalui rute yang lebih panjang. Ini membawa perubahan positif bagi kita di garis depan Zaporizhia secara keseluruhan,” kata Vladimir Rogov kepada kantor berita pemerintah Rusia TASS.
Ada juga berita buruk bagi pasukan Ukraina di Provinsi Kursk, Rusia, tempat mereka melancarkan invasi balasan pada Agustus lalu, yang menarik sebagian besar kekuatan senjata Rusia dari tanah Ukraina.
Rusia kembali merebut kembali Kota Sudzha pada Kamis (13/3), mendorong pasukan Ukraina hampir ke perbatasan, dan tampaknya berniat untuk menekan wilayah Ukraina.
”Kami tidak hanya akan membebaskan tanah kami sendiri, tetapi kami juga akan membangun zona penyangga yang ditugaskan [Putin] untuk kami buat,” kata Apty Alaudinov, komandan unit pasukan khusus Chechen Akhmat, kepada jaringan televisi Rossiya-1.
Sedangkan wakil komandan batalyon Oleg Ivanov, kepada kantor berita negara TASS mengatakan bahwa sangat penting bahwa zona yang memiliki lebar tidak kurang dari 20 kilometer, dan sebaiknya menjadi 30 kilometer sehingga meluas masuk ke wilayah Ukraina.
Putin sendiri sudah tegas menolak usulan Amerika Serikat-Ukraina untuk gencatan senjata penuh pada hari Kota Sudzha sudah jatuh ke tangan Rusia. ”Siapa yang akan menentukan di mana dan siapa yang melanggar perjanjian gencatan senjata sepanjang 2.000 km? Dan siapa yang akan menyalahkan siapa yang melanggar perjanjian itu?” kata Putin, mengacu pada panjang seluruh perbatasan Rusia-Ukraina.
”Situasi di lapangan berubah dengan cepat,” kata Putin kepada wartawan. Ia juga mengklaim pasukan Ukraina di Kursk dikepung.
Pernyataan Putin itu justru didukung Presiden AS Donald Trump. ”[Rusia] telah mengepung sekitar 2.500 tentara, mereka dikepung dengan baik,” kata Trump dalam sebuah wawancara yang disiarkan televisi.
Sementara utusan Trump, Steve Witkoff mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa (18/3) bahwa alih-alih gencatan senjata penuh, Putin menyetujui gencatan senjata pada serangan udara jarak jauh terhadap pembangkit listrik dan infrastruktur umum, serta serangan angkatan laut jarak jauh di Laut Hitam.
Kesepakatan itu disegel setelah dua pertemuan antara Witkoff dan Putin yang berlangsung hampir delapan jam, diikuti oleh panggilan telepon dua jam antara Putin dan Trump. ”Sampai saat ini, kami belum mencapai konsensus mengenai dua aspek ini, gencatan senjata energi dan infrastruktur serta moratorium penembakan di Laut Hitam. Dan hari ini, kami telah sampai pada titik itu, dan saya rasa gencatan senjata penuh tinggal menunggu waktu saja,” urai Witkoff.
Untuk diketahui, terkait gencatan senjata, pihak Moskow hanya menyetujui untuk menghentikan sementara serangan terhadap fasilitas energi selama 30 hari. Padahal pihak Washington mendorong gencatan senjata 30 hari segera, sebagai langkah pertama untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Namun hanya disetujui Putin di bagian energi karena menunggu langkah AS untuk menghentikan semua bantuan militer dan intelijen Barat ke Ukraina. ”Hari ini Putin secara efektif menolak usulan gencatan senjata penuh,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa (18/3).
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain