Untuk deformasi atau perubahan bentuk Gunung Agung saat ini, kata Devy Kamil, mengalami perlambatan dalam satu minggu terakhir ini. “Bukan berarti juga deformasi Gunung Agung ini sudah kembali ketitik aslinya, namun kami terus pantau tiap harinya,” ujarnya.
Sebelumnya, Gunung Agung mengalami kenaikan atau aplif (vertical displacement) mencapai enam centimeter pada 19 September 2017 lalu. Namun, setelah terjadi “vertical displacement” ini, deformasi Gunung Agung belum kembali seperti normal dan tetap tertahan dikisaran angka itu.
“Jadi hingga saat ini deformasi Gunung Agung masih tertahan atau dalam posisi tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Artinya, deformasi Gunung Agung ini mengalami perlambatan dan bukan berarti sudah kembali ke dalam kondisi normalnya,” ujarnya.
Untuk itu, ia menilai meskipun aktifitas vulkanik Gunung Agung menurun, namu belum kembali kedalam kondisi normal. Hingga pukul 00.00 Wita hingga 18.00 Wita pada 28 Oktober 2017 tercatat aktivitas kegempaan vulkanik dangkal 48 kali, vulkanik dalam 55 kali dan tektonik lokal dua kali durasi 49 detik, tektonik jauh dua kali durasi 80-84 detik.
Ant
Artikel ini ditulis oleh:
Antara