Denpasar, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mencatat Gunung Agung di Bali mengalami tiga kali erupsi dengan ketinggian abu saat letusan pertama sekitar 1.500 meter dari kawah gunung itu dan 700 meter pada dua letusan lanjutan.
“Meski terjadi erupsi, energinya per saat ini belum tinggi. Tren selanjutnya akan kami ikuti,” kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana ketika dihubungi di Denpasar, Selasa (24/7).
PVMBG mencatat erupsi pertama pada Selasa di gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu, terjadi pada pukul 12.52 Wita dengan ketinggian kolom abu sekitar 1.500 meter di atas puncak.
Abu vulkanik dari Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali itu, teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal yang mengarah timur dan tenggara, serta amplitudo mencapai 23 mm berdurasi tiga menit 26 detik. Erupsi kedua terjadi masing-masing pukul 13.36 dan 14.36 Wita dengan ketinggian kolom abu, masing-masing sekitar 700 meter di atas puncak kawah. Saat erupsi kedua dan ketiga itu, abu teramati sama-sama berwarna kelabu dengan intensitas sedang yang mengarah timur-tenggara. Meski terjadi erupsi, operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali masih normal dan tidak terdampak erupsi tersebut.
“Bandara Ngurah Rai masih beroperasi aman dan normal,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim.
Saat ini status aktivitas vulkanik Gunung Agung masih siaga atau level III.
PVMBG mengimbau masyarakat dan wisatawan tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya, yaitu di seluruh area di dalam radius empat kilomeger dari kawah puncak Gunung Agung.
PVMBG menyebutkan zona perkiraan bahaya bersifat dinamis dan terus dievaluasi sehingga dapat diubah sewaktu-waktu, mengikuti perkembangan data pengamatan gunung yang paling aktual atau terbaru.
PVMBG juga mengimbau masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder, berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi, terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area aliran lahar hujan itu, disebut PVMBG mengikuti aliran sungai yang airnya berhulu di Gunung Agung.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: