Erupsi Gunung Lewotolokdi Kabupaten Lembata. ANTARA Foto.

Kupang, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menyatakan dari evaluasi aktivitas gunung tersebut terjadi 821 kali erupsi terhitung dari 1-15 Februari 2024.

“Terhitung dari 1 hingga 15 Februari 2024 tercatat terjadi 821 kali gempa letusan atau erupsi di puncak gunung tersebut,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok, Stanis Ara Kian, dalam laporannya yang diterima ANTARA di Kupang, Minggu (18/2).

Dia menjelaskan jika dibandingkan dengan erupsi yang terjadi pada pertengahan Januari hingga akhir Januari 16-31 Januari lalu yang mencapai 784 erupsi, maka jumlah erupsi atau letusan periode kali ini lebih tinggi.

Sementara itu, catatan observasi mencatat penurunan jumlah gempa guguran menjadi hanya satu kejadian. Selanjutnya, terdapat 2.503 gempa hembusan, 24 gempa harmonik, dan 589 gempa tremor non-harmonik.

Lebih lanjut, dari pengamatan instrumental, tercatat bahwa Gunung Ile Lewotolok, yang saat ini berada dalam status Waspada atau Level II, mengalami dua kali gempa vulkanik dangkal, 25 kali gempa vulkanik dalam, lima kali gempa tektonik lokal, dan 13 kali gempa tektonik jauh.

“Energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dengan kecenderungan energi menurun dalam periode dua pekan terakhir,” ujarnya.

Dia juga menyatakan bahwa secara umum, jumlah gempa meningkat, terutama yang terkait dengan aktivitas permukaan, seperti gempa erupsi dan hembusan. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok saat ini cenderung terjadi pada kedalaman dangkal.

Meskipun demikian, energi seismiknya cenderung menurun, meskipun terjadi peningkatan pada gempa erupsi dan hembusan, yang menandakan adanya aktivitas erupsi dan hembusan berenergi kecil.

Dari pengukuran Elektronic Distance Measurement (EDM) selama dua minggu terakhir, disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi jarak miring dalam rentang 0,44 hingga 1,25 sentimeter di titik LWT1 dan 0,21 hingga 0,63 sentimeter di titik LTW2.

Berdasarkan observasi instrumental tersebut, PVMBG menyimpulkan adanya potensi ancaman bahaya dari gunung tersebut.

“Dengan adanya data deformasi EDM memperlihatkan adanya pengempisan tubuh Gunung Ile Lewotolok, meskipun tidak signifikan yang mengindikasi tidak adanya perubahan tekanan yang signifikan pada tubuh gunung itu,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan