Gunung Agung berselimutkan bintang di Pos Pamantau Gunung Agung, di Desa Rendang, Senin (2/10) dinihari. Berdasarkan pantauan PVMBG, jumlah kegempaan yang terjadi terekam lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya, kemungkinan batal meletus sangat kecil. Tapi, bisa saja Gunung Agung melanjutkan tidur panjangnya usai erupsi pada tahun 1963 alias membeku. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Gunung Agung tengah mengalami sedikit penurunan aktivitas. Namun, menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil, hal itu justru harus diwaspadai.

Sebab, Gunung Merapi mengalami penurunan aktivitas sebelum akhirnya meletus. “Ini masih belum stabil, masih naik turun. Merapi itu turun dulu baru erupsi. Makanya sekarang energinya kok menurun,” kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (2/10).

Ia menganalogikan seperti orang yang tengah beraktivitas. Sebelum pergi bekerja, seseorang sarapan terlebih dahulu. Usai itu ia berangkat bekerja dengan aktivitas tinggi.

“Kemudian kita bekerja untuk menghancurkan rumah dengan palu atau martil. Setelah makan kita punya energi. Anggaplah energinya itu energi magma. Lalu kita pergi ke tempat kerja kita hancurin. Setelah bekerja, energi kita habis kan. Tapi besoknya kita makan lagi dan bekerja lagi. Itulah gempa-gempa yang kita rekam selama ini,” terang Devy.

Saat ini, kata dia, magma terus berusaha menghancurkan perut Gunung Agung untuk mencari jalan ke luar.‎ “Nah, kalau misalkan sekarang yang mau dihancurkannya sudah tinggal sedikit. Apalagi yang mau dihancurkan? Maka, tidak akan muncul gempa-gempa itu. Merapi sebelum metus tak ada gempa,” katanya mengingatkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu