“Kami tetap mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas didekat lahar hujan ini walaupun debit airnya kecil,” ujarnya.
Ia mengatakan, saat dilakukan pengukuran gas magmatik (SO2) terekam hampir 2.000 sampai 3.000 ton per hari yang dilakukan pengukuran Pukul 10.00 Wita sebelum terjadinya erupsi pada Selasa (28/11) lalu.
Tingginya kadar SO2 ini mengindikasikan, bahwa magma berada dalam kedalaman yang dangkal, sehingga terjadinya potensi ke depannya masih sangat memungkinkan terjadi erupsi susulan.
Pihaknya juga mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan kegiatan di radius rawan bahaya delapan kilometer dari puncak gunung ditambah perluasan sektoral sepuluh kilometer kearah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya.
Apabila masyarakat sudah ke luar dari zona itu, saya yakin tidak akan terdampak langsung dengan awan panas dan lontara bebatuan vulkanis dan jiga hujan abu lebat. “Masyarakat yang berada di luar radius ini tidak perlu khawatir karena tidak terlalu signifikan terdampak bahaya ini,” ujarnya.
Untuk saat ini, aktivitas Gunung Agung masih terekam adanya pergerakan magma sehingga terekam gempa vulkanik sebanyak 17 kali. “Letusan dapat terjadi kapan saja dan gempa vulkanik yang memiliki amplitudo yang cukup kuat terekam,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid