Ketua Tim Tanggap Darurat Letusan Gunung Marapi PVMBG Ugan Saing saat diwawancarai di Bukittinggi, Senin (8/4/2024). ANTARA/Muhammad Zulfikar.

Bukittinggi, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan penyebab utama terjadinya banjir lahar dingin dari erupsi Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar).

“Terjadinya lahar dingin ini kan dalam waktu yang lama yakni apabila terjadi hujan di area puncak maupun lereng Gunung Api,” kata Ketua Tim Tanggap Darurat Letusan Gunung Marapi PVMBG Ugan Saing di Bukittinggi, Selasa (9/4).

Meskipun erupsi atau letusan gunung api berhenti sementara, kata dia, namun endapan material vulkanik seperti abu, pasir, dan bebatuan, masih terdapat di puncak maupun lereng gunung.

Endapan material vulkanik tersebut merupakan hasil erupsi Gunung Marapi sejak letusan utama yang terjadi pada 3 Desember 2023. Pada medio Januari 2024 PVMBG memperkirakan terdapat 500 ribu meter kubik material vulkanik yang menumpuk di sekitar kawah gunung api itu.

Sehingga ketika terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi, lanjutnya, maka endapan material vulkanik tadi dapat meluas ke sungai-sungai, terutama yang berhulu dari Gunung Marapi.

“Setiap Gunung Marapi erupsi maka akan menghasilkan abu, pasir, lapili, dan bebatuan. Semuanya terakumulasi di puncak dan lereng sehingga bisa menjadi ancaman lahar dingin,” ucapĀ Ugan.

Hal tersebut seperti yang terjadi pada Jumat (5/4) 2024 dimana banjir lahar dingin menghantam sejumlah wilayah di Kabupaten Agam dan Kota Padang Panjang.

“Jadi ini yang perlu diwaspadai sewaktu-waktu masih berpotensi menjadi aliran lahar apabila terjadi hujan di area puncak maupun lereng Marapi,” kata Ugan mengingatkan.

Terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan di daerah-daerah yang berpotensi terdampak bencana lahar dingin untuk terus siap siaga.

Misalnya terus memantau potensi hujan, bergotong royong membersihkan saluran air bebas dari sampah, hingga bersiap mengevakuasi diri secara mandiri apabila terjadi kemungkinan terburuk.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan