Jakarta, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mendeteksi adanya pergerakan magma dangkal di Gunung Awu, yang terletak di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan, dalam laporan yang diterima di Jakarta pada Jumat, menyatakan bahwa fenomena tersebut telah meningkatkan aktivitas kegempaan.
“Dari tanggal 29 Januari hingga 8 Februari 2024, tercatat sebanyak 157 kejadian gempa vulkanik dangkal dan 42 kejadian gempa vulkanik dalam,” ujarnya.
Hendra juga mengungkapkan bahwa grafik RSAM menunjukkan peningkatan energi gempa.
PVMBG juga mencatat tiga kali gempa tremor frekuensi rendah dengan frekuensi dominan sekitar 1,5 hertz dan durasi gempa antara 40 hingga 105 detik, yang menandakan peningkatan gempa permukaan.
Menurut Hendra, dari pengamatan visual dan kegempaan hingga akhir periode pengamatan, terdapat indikasi kenaikan aktivitas vulkanik yang berkaitan dengan migrasi magma dangkal.
PVMBG memperingatkan masyarakat untuk waspada terhadap gempa berenergi besar dan berkelanjutan, yang berpotensi memicu erupsi eksplosif dan pembongkaran kubah lava.
Berdasarkan pengamatan deformasi menggunakan pemantauan GNSS dari Juni 2023 hingga Januari 2024, PVMBG mendeteksi penggembungan yang menunjukkan pergerakan magma ke permukaan.
Gunung Awu memiliki potensi bahaya erupsi magmatik eksplosif, erupsi efusif menghasilkan aliran lava, dan erupsi freatik yang didominasi oleh uap, gas, dan material erupsi sebelumnya.
“Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan dalam sistem magmatik meningkat secara signifikan,” kata Hendra.
Dia juga mengingatkan tentang bahaya emisi gas seperti CO, CO2, H2S, N2, dan CH4, yang dapat membahayakan jika konsentrasinya melebihi batas aman.
Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap bahaya aliran lahar di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Awu saat musim penghujan.
Hingga 9 Februari 2024, tingkat aktivitas Gunung Awu masih berada pada Level II atau Waspada, sejak 25 Agustus 2022 hingga saat ini.
Pada tingkat aktivitas Level II ini, masyarakat diminta untuk tidak mendekati radius 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Awu karena potensi bahaya gas vulkanik dengan konsentrasi tinggi serta potensi lontaran batuan saat erupsi freatik yang tiba-tiba, tanpa adanya gejala kenaikan aktivitas yang jelas.
“Radius dan jarak rekomendasi itu akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya. Tingkat aktivitas Gunung Awu akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan,” pungkas Kepala PVMBG Hendra Gunawan.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan