Gunung Agung berselimutkan bintang di Pos Pamantau Gunung Agung, di Desa Rendang, Senin (2/10) dinihari. Berdasarkan pantauan PVMBG, jumlah kegempaan yang terjadi terekam lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya, kemungkinan batal meletus sangat kecil. Tapi, bisa saja Gunung Agung melanjutkan tidur panjangnya usai erupsi pada tahun 1963 alias membeku. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi letusan freatik makin sering terjadi di Gunung Agung. Hal itu dikatakan oleh ‎Kepala Bidang Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika.‎ “Kemungkinan letusan freatik akan semakin sering terjadi,” kata Suantika, Rabu (22/11).‎

Kemarin, jelas Suantika, letusan freatik terjadi pukul 17.05 WITA. ‎Letusan freatik itu memang menyemburkan abu vulkanik. Hal itu sejalan dengan laporan warga yang terkena hujan abu.

Menurutnya, letusan freatik terjadi disebabkan oleh masuknya air ke zona panas magma. Air tersebut bisa dari curah hujan yang tinggi. Memang belakangan ini Bali sering diguyur dengan curah hujan tinggi.

Jika air masuk ke dalam zona panas magma, maka akan terjadi pergumulan di dalam perut Gunung Agung. Bersamaan dengan hal itu, material batuan samping yang terpanaskan akan terbawa keluar oleh semburan asap. Itulah yang menyebabkan abu vulkanik sempat dirasakan warga di beberapa lokasi di Karangasem.

“Itulah yang kemudian membawa abu keluar dari kawah Gunung Agung, sejalan dengan laporan warga yang terkena abu ini. Pipa magma itu kan panas tuh, suhunya tinggi.‎ Ditambah masuknya air, jadilah dia abu yang terbawa ke luar itu,” paparnya.

Laporan: Bobby Andalan

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid