Gunung Agung berselimutkan bintang di Pos Pamantau Gunung Agung, di Desa Rendang, Senin (2/10) dinihari. Berdasarkan pantauan PVMBG, jumlah kegempaan yang terjadi terekam lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya, kemungkinan batal meletus sangat kecil. Tapi, bisa saja Gunung Agung melanjutkan tidur panjangnya usai erupsi pada tahun 1963 alias membeku. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan pesawat tanpa awak alias drone untuk memantau kawah Gunung Agung. Hanya saja, hingga kini drone belum berhasil menangkap aktivitas di gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut. Di sisi lain, aktivitas di kawah gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu dianalisis berdasarkan data visual citra satelit dari Planet Scope Satellite‎. Dari data itu, terlihat dengan jelas rekahan di kawah Gunung Agung makin bertambah. Intensitas asap sulfatara juga semakin bertambah.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, citra satelit beresolusi tinggi itu memotret kondisi kawah dari ketinggian 400 kilometer. “Saat ini data visual dari citra satelit itu yang kita analisis. Resolusinya cukup tinggi,” kata Sutopo, Sabtu (14/10).

Ia melanjutkan, dari hasil perbandingan foto citra satelit pada tanggal 2, 6 dan 11 Oktober‎ 2017, intensitas asap sulfatara berwarna putih makin bertambah. Untuk itu, Sutopo memastikan jika hingga kini Gunung Agung masih kritis. Segala hal yang berkaitan dengan kesiapsiagaan Gunung Agung terus ditingkatkan. “Kondisinya masih kritis. Kesiapsiagaan selama masih berstatus awas agar terus ditingkatkan. Kita tetap meminta masyarakat mematuhi rekomendasi PVMBG untuk tidak masuk zona bahaya dengan radius 9 kilometer dan sektoral 12 kilometer dari kawah ke lereng barat daya, selatan, tenggara, timur laut dan utara,” tutup Sutopo.

 

Laporan Bobby Andalan

Artikel ini ditulis oleh: