Untuk kondisi geokimia, kata Devy, pada Senin malam (4/12) terekam gas-gas magmatik Sulfur Dioksida (SO2) Gunung Agung dari Satelit Suomi National Polar-Orbiting Partnership (Suomi NPP), akibat aktivitas gunung setinggi 3.142 mdpl itu.
“Ini menandakan, meskipun asap yang dikeluarkan Gunung Agung berwana putih, namun konten SO2 dan aktivitas magmatik yang terus berlangsung,” ujarnya.
Selain itu, berdasarkan citra satelit, terpantau lava masih melakukan pengisian di kawah dengan laju pertambahan melambat. Walaupun pertambahan lava melambat, terhitung sejak 25-29 November 2017 tercatat sebanyak 20 juta meter kubik.
Kemudian pada 30 November 2017 hingga Selasa ini (5/12) terjadi pertambahan ketinggian lava di kawah Gunung Agung mencapai ketinggian 10 meter dan diakuinya untuk mencapai ketinggian bibir kawah masih memerlukan waktu lama.
“Artinya dari ketinggian lava kawah yang saat ini 10 meter, masih ada longgar kedalaman kawah untuk dilakukan pengisian lava kira-kira 120 meter untuk mencapai di bibir kawah. Ini akan terus kami amati dengan skenario yang sama, bahwa aktivitas ini bisa saja menurun apabila magma Gunung Agung menjadi degesing atau mobilitas berkurang,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara