Ia juga menambahkan fenemena yang terjadi di Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri itu unik dan beda dengan daerah lainnya.

Saat hujan, air tanah justru turun sementara saat kemarau justru permukaan air tanah naik. Hal ini berbeda dengan fenomena pada umumnya, Rencananya, ia dengan tim akan melakukan penelitian awal selama satu pekan. Dari hasil penelitian itu, nantinya akan dijadikan evaluasi tersendiri.

Ia pun meminta masyarakat untuk tidak panik. Namun, ia juga menganjurkan agar warga tidak memanfaatkan air sumur itu untuk konsumsi melainkan hanya untuk keperluan mandi, cuci, buang air (MCK) saja.

“Dari bau, rasa tidak berubah. Yang berubah hanya warna dan ada busa, itu juga akan kami teliti, busanya cokelat tebal dan kental,” katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Kediri Randy Agata mengatakan fenemena sumur ambles itu saat ini meluas di dua desa, yaitu Desa Manggis dan Gadungan, Kecamatan Puncu.

Secara total, terdapat 127 sumur warga yang sudah ambles, serta 117 sumur yang airnya sudah mulai keruh. Dimungkinkan sumur warga yang keruh itu merupakan efek domino dari peristiwa tersebut.

“Sampai saat ini ada 127 sumur yang ambles dan 117 airnya keruh. Itu di dua desa. Jadi, untuk air pun kami juga terus kirimkan,” ujarnya.

Fenomena sumur ambles di Kabupaten Kediri terjadi sejak Senin (24/4). Sejumlah warga yang sumurnya ambles terpaksa membeli tanah, untuk menguruk dengan harapan tidak ambles lagi.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: