Anak muda sekarang, lanjut Radhar, menciptakan tatanan baru mulai dari cara bergaul, sampai makan termasuk taste. Anak muda sekarang hanya mengenal pizza, burger, dan lainnya. Belum lagi kehidupan anak muda sekarang “dikuasai” telepon seluler.
“Apa yang terjadi sekarang adalah absennya acuan. Agama kering. Anak muda akhirnya mengambil acuan di dunia visual. Mereka lebih mengenal Korea atau Jepang, dibanding daerah asalnya sendiri. Sekarang realitas kultural menjadi kacau balau,” katanya.
Sementara itu, Mustafa Kemal mengatakan Sumpah Pemuda mempunyai daya rekat terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Pertama, karena peristiwa Sumpah Pemuda itu sendiri. Pada waktu itu, suasana sangat bergelora. Para pemuda ingin menunjukkan ekspresinya.
“Sebuah ekspresi yang genuine (asli). Mereka bisa menggunakan istilah Indonesia sebagai sebuah ekspresi untuk mencapai masa depan,” katanya.
Kedua, Sumpah Pemuda sebagai sebuah peristiwa ketatanegaraan. Para pemuda mendeclare teritorial atau klaim teritorial, yaitu bertanah air satu, Tanah Air Indonesia. Para pemuda telah mengklaim teritorial Indonesia meskipun belum memiliki batas-batas wilayahnya. Pemuda dari berbagai daerah, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra, Jong Celebes, juga bersepakat menyatakan identitas bersama sebagai bangsa Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh: